Published Rabu, Juli 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Kerja sama

Sandwich ala-ala buatan Suami. Isinya telur mata sapi, selada, sosis dan saus. Dibikinin ini di hari Minggu karena waktu itu lagi morning sickness karena anemianya kambuh, jadi belum sempat bikin sarapan. Padahal dibawa istirahat sebentar juga udah sembuh, tapi setelahnya aku malah benar-benar disuruh istirahat seharian. Piring dicuciin, sampah dibuangin, dapur dibersihin, tanaman disiramin, sampai makanan pun dibuatin. Bahkan botol minum aku diisiin sampai dua jenis, satu untuk air mineral, dan satu lagi untuk air campuran saffron. Ditaruh nggak jauh-jauh dari kasur. Habis itu aku dipijitin telapak kaki dan telapak tangannya, padahal bahan nggak kerasa pegal-pegal juga. Katanya biar agak enakan (biasanya memang kalau aku nggak enak badan atau nggak bisa tidur, Suami suka mijitin telapak kaki atau telapak tanganku. Dan nggak tahu kenapa emang ampuh bikin tidurnya jadi nyenyak dan badan pun jadi enakan).
Terus siangnya, sewaktu aku mau masak malah disuruh rebahan aja di kasur dan dibikinin nasi goreng spesial, pakai telur dan sosis. Rasanya enak banget. Besoknya juga dibantuin bikin rica-rica ayam dan lele goreng (karena aku takut sama lele wkwk). Lalu juga sehari-hari kalau aku masak, Suami nyuci piring. Aku njemur pakaian, Suami nyapu halaman. Aku nyapu lantai rumah, Suami lanjut ngepel. Dan lain sebagainya.

Alhamdulillah. Mungkin ini yang dinamakan kerja sama ya. Saling berbagi tugas tanpa dikomando. Saling membantu.

Terima kasih, Mas :)
Read More
Published Kamis, Juli 11, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Licin Sekaliiiiiii

Rupanya aku belum lulus dalam hal membersihkan lele. Kulitnya licin bangeeeeeet, lelenya jadi loncat-loncat dan geli megangnyaaaa, kayak ular jadi trauma :(((


#baladaemak2maumasaklele
#tapiketundakarenanggakbisangebersihinnya
#nunggupaksuamiajadeh:((


edited:
lalu dikomentarin pak suami karena katanya kalo ular mah kulitnya kasar, nggak licin :((
Read More
Published Senin, Juli 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Surat Dari Mereka


Surat dari murid-muridnya Mas Suami di Purbalingga.
Dibarengi dengan sebuah bingkisan yang ukurannya lumayan besar.
Anak-anak yang mengawali terbentuknya program belajar mengaji di perumahan.
Yang bahkan sekarang lagi direncanakan juga untuk program bapak-bapaknya.
Masyaa Allah :')

Padahal ini berawal dari keisengan Mas Suami buat ngajak anak tetangga depan rumah buat ngaji di rumah saat mereka lagi ribut minta ngaji di Masjid luar perumahan, tapi orang tuanya bingung karena jaraknya yang lumayan jauh. Mau diantar tapi lagi ada kesibukan, dibiarkan berangkat dan pulang sendiri pun rasanya sedikit khawatir. Lalu mulai dari yang datang cuma beberapa anak saja, sampai yang hampir seluruh perumahan ikutan belajar. Sampai ditawari beberapa kebutuhan penunjang dari kas RW jika memang membutuhkan. Alhamdulillah.

Salut aku, Mas. Tiga kali dalam seminggu harus membagi waktu untuk bolak-balik Purbalingga-Purwokerto demi menjaga semangat adik-adik itu dalam menuntut ilmu :')
Read More
Published Senin, Juli 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

#FoodPreparation Ala-Ala

Beberapa bulan belakangan ini, aku jadi sering banget ngelihat postingan orang-orang tentang Food Preparation. Entah itu di instagram story, beranda youtube, maupun media sosial lainnya. Lalu aku jadi keinget sama "ritual mingguan" yang sering aku lakuin semenjak menikah.

Waktu itu masih tinggal di rumah kontrakan, dan rumahnya pun belum ada isinya. Jadi setiap hari karena belum punya kulkas, kalau mau masak harus ke pasar dulu atau warung perumahan yang baru buka jam 6. Terus kalau di warung, biasanya bahan-bahannya udah dibungkusin perporsi gitu. Jenis rempah-rempahnya juga nggak banyak, karena emang kalau di warung kan biasanya kayak cuma distok buat satu hari aja. Tapi karena dibungkusinnya perporsi, harganya juga jadi lebih mahal. Contohnya kalau beli sayap ayam setengah kilo di pasar itu harganya 12 ribu (isi 7-8 potong), tapi kalau di warung sebungkusnya jadi 8 ribu (isi 3 potong). Tapi meskipun di pasar harganya normal atau lebih murah daripada di warung, karena jaraknya lumayan jauh dari rumah, jadi memakan banyak waktu juga. Makanya aku jadi lebih sering belanja di warung perumahan.

Lalu waktu tinggal di rumah kontrakan, hampir setiap pagi aku dan Mas Suami keliling-keliling perumahan sampai ke jalanan luar perumahan juga. Niatnya sih buat melatih pernapasannya Mas Suami, karena kebetulan Mas Suami itu punya penyakit asma. Dan biasanya kami mulai jalannya itu jam setengah 6an, dan baru pulang sekitar jam 7an (mampir ke warung dulu buat beli bahan masakan). Makanya kalau dihitung sampai rumah langsung masak, aku baru selesai masak itu sekitar jam 9an. Atau kalau ternyata ada cucian yang menumpuk (jadwal nyuci di rumah itu dua hari sekali), berarti aku harus nyuci dulu (biar lama dijemurnya) dan baru mulai masak itu sekitar jam 9an (sama njemurnya juga). Maklum, nyucinya masih manual, makanya butuh waktu yang agak lama.

Dan karena makanan itu baru tersedia sekitar jam 9 atau 11 gitu, jadinya kami sering beli sarapan di luar. Masaknya emang cukup lama, dua jam gitu karena aku sekalian masak buat siang dan malam, biar satu kali masak juga. Soalnya bahan-bahannya juga nggak awet kalau dimasaknya sebagian-sebagian gitu. Terus karena setiap habis masak dan nyuci aku kayak capek banget, sampai pusing dan lemes, jadinya siang ke malamnya aku sering nggak produktif gitu. Dan kadang kalau kecapekan gitu, besoknya jadi nggak boleh ngapa-ngapain sama Mas Suami. Alhasil, makan pun jadi sering beli di luar. Dimana kalau beli makan di luar, satu kali makan untuk satu orang itu sekitar 10-15 ribu. Sebenarnya Mas Suami kadang-kadang ngebantuin aku ngerjain pekerjaan rumah (masak, nyuci, ngepel, dll), atau malah kalau sabtu dan minggu gitu seringnya aku disuruh istirahat aja, jadi pekerjaan rumah itu semuaya Mas Suami yang ngerjain. Tapi karena weekdays lebih panjang daripada weekend, makanya pengeluaran pun tetap terhitungnya lebih besar.

Terus karena ngerasa cukup boros pengeluarannya, awalnya aku kepikiran kalau nanti punya rezeki lebih, barang yang pengen aku beli pertama kali itu adalah kulkas. Karena selain biar bisa satu hari itu belanjanya sekalian untuk satu minggu, sehingga harganya juga bisa lebih murah, juga biar bisa sedikit menghemat waktu karena nggak perlu ke setiap hari ke pasar atau ke warung. Meski sebenarnya orang zaman dahulu juga jarang yang punya kulkas kan, jadi bahan masakan juga bisa-bisa saja kalau misalnya memang mau disimpan agak lama (kecuali daging-dagingan). Tapi karena ada ritual jalan-jalannya dan memang ternyata tubuhku tidak sekuat orang zaman dahulu, makanya aku mikir kalau kulkas itu salah satu kebutuhan primer pertama. Karena kalau nyuci manual, udah sering ngelakuinnya waktu ngekos dulu, makanya udah agak terbiasa dan belum butuh-butuh banget sama yang namanya mesin cuci. Namun sebelum beli kulkas itu terealisasikan, rupanya Abi minta tolong aku dan Mas Suami buat tinggal di rumah yang ada di Purwokerto karena satu dan lain hal. Makanya pas akhir bulan Desember, kami pun pindah ke Purwokerto dan meninggalkan rumah kontrakan yang baru ditinggalin selama 4 bulan itu.

Tentunya di rumah Abi udah ada kulkasnya, jadinya aku bisa langsung merealisasikan "ritual" belanja mingguan itu. Awalnya aku belanjanya asal-asalan aja, alias membeli apa aja yang terlihat bisa dijadiin makanan. Jadinya waktu minggu-minggu awal itu, banyak sayur-sayuran yang kering dan busuk karena aku masukin ke kulkasnya juga asal, ditumpuk langsung aja seplastik-plastiknya. Jadinya sayur dedaunan gitu kebanyakan ketindih sama sayuran yang berat kayak wortel, labu siam, dll. Terus daging-dagingan kayak ayam, daging sapi, atau seafood kayak udang dan cumi pun juga jadi pada bocor dan bikin kulkasnya jadi bau meskipun udah ditaruh di rak yang terpisah. Ayamnya jadi bau udang, atau sapinya jadi bau cumi. Apalagi cumi kan tintanya hitam-hitam gitu. Jadinya, setelah rak bawah itu dibersihin, setiap daging-dagingan aku kasih wadah bekas kotak makanannya Ais dan Azizah yang udah nggak kepakai, biar kalaupun bocor, airnya nggak kemana-mana atau bercampur dengan daging-daging yang lainnya. Meski, sayur-sayuran di atasnya masih aku tumpuk biasa.

Tapi karena aku beli sayurnya pun asal-asalan (kalau daging-dagingannya dari awal sebelum beli memang sudah aku hitung butuhnya berapa), jadinya dedaunan kayak daun bawang seledri, atau kangkung dan bayam gitu jadi suka layu dan kering. Aku juga jadi jarang masak pakai daun salam atau daun jeruk karena baru beberapa hari aja udah langsung kering meskipun udah dimasukin ke kulkas. Dan karena jadi banyak banget bahan masakan yang akhirnya terbuang, mubadzir, jadinya aku search di google satu per satu cara agar bahan-bahan masakan itu nggak mudah layu, kering, ataupun busuk. Jadi kayak aku nyari gimana caranya biar kangkung bisa tahun satu minggu, atau biar cabai merah bisa nggak busuk berbulan-bulan, dan lain sebagianya. Sampai akhirnya aku nemu satu video di youtube yang menjelaskan tentang Food Preparation (FoodPrep).

Sebelum aku mempelajari tentang FoodPrep ini, awalnya aku mulai mengurangi membuang-buang bahan masakan itu dengan bikin list menu makanan selama seminggu. Jadi kayak apa aja sih yang pengen aku bikin seminggu ke depan, ditambah bahan-bahan yang dibutuhkan itu juga apa aja, sama seperti menu daging-dagingan yang udah duluan aku list perminggunya. Kayak misalnya dalam seminggu itu berturut-turut aku pengennya bikin sayur sop-kangkung-lodeh-kacang panjang-bening-jamur-sop. Berarti, kira-kira aku cuma butuh wortel sekitar 4 atau 5 buah, jadi pas belanja aku nggak boleh beli wortel lebih dari 5. Begitu juga dengan bahan-bahan masakan yang lainnya. Ini niatnya biar nggak ada bahan masakan yang mubadzir karena Insya Allah semuanya habis terpakai. Soalnya kalaupun misalnya ada bahan masakan yang tahan lebih dari satu minggu, kadang di minggu berikutnya aku justru pengen bikin makanan lain yang nggak pakai bahan masakan tersebut, sehingga bahan masakan itu pun jadi ketumpuk-tumpuk terus di kulkas dan nggak tahu kapan kepakainya.

Terus setelah selesai nge-list menu makanan selama seminggu ke depan, aku mulai nge-list bahan-bahan apa saja yang aku butuhkan buat masak menu-menu yang udah aku siapin sebelumnya. Kecuali bumbu dapur yang biasa aku beli seperempat atau setengah kilo sekaligus, kayak jahe, kencur, lengkuas, kunyit, bawang putih, dan bawang merah. Biasanya aku belanja hari Sabtu, biar bisa ditemenin sama Mas Suami. Tapi akhir-akhir ini digeser ke hari Kamis karena biasanya kalau weekend gitu, penjual seafood di pasar dekat rumah suka nggak jualan. Dan meskipun jadwal belanjanya udah digeser ke hari Kamis, tapi Mas Suami tetap menyempatkan waktunya buat nemenin aku belanja. Malah, seringnya Mas Suami sendiri yang belanja dengan membawa list bahan-bahan yang udah aku siapin sebelumnya. Biar aku bisa langsung masak dan nggak kecapean katanya. Uuuu, makasih mas :')

Lanjut. Lalu setelah masak-memasak hari itu selesai, bahan-bahan masakan yang udah dibeli sama Mas Suami pun langsung aku simpan satu per satu ke dalam food container kayak gambar di samping. Ini minus daging dan tetelan sapi, cumi dan udang yang lagi nggak dijual di pasar karena waktu itu belanjanya pas hari Minggu. Jadi sayuran dedaunan kayak kangkung dan bayam itu disimpan dalam keadaan sudah dipetik. Boleh dicuci terlebih dahulu, tapi harus dipastikan kalau sayurannya nggak basah alias benar-benar kering. Soalnya kalau basah, sayuran ini malah jadi cepat busuk. Kalau aku, biasanya nggak dicuci dulu hehehe. Terus kan biasanya tahu itu dijualnya dalam bentuk yang udah diplastikin dan ada airnya gitu kan, jadi harus dicuci dulu dan diganti airnya dengan air yang baru. Emang sih, sewaktu nyiapin FoodPrep ini sedikit membutuhkan waktu yang agak banyak dan capek.
Tapi, waktu ngelihat bahan-bahan itu masuk ke dalam kulkas kayak gambar sebelah, capeknya jadi hilang. Senang aja gitu ngelihatnya. Terus juga, kalau mau ngambil bahan-bahan tertentu jadi nggak perlu lagi ngudek-ngudek di kresek belanjaan. Jadi lebih mudah. Pas masak di hari-hari berikutnya pun jadi nggak begitu butuh waktu yang lama karena beberapa bahan udah dipersiapin sebelumnya, kayak misalnya kangkung yang sebelumnya sudah dipetik atau kacang panjang yang udah dipotong-potong. Dan untuk bahan-bahan ini, aku ngabisin dana sekitar 290 ribu. Disaat misalnya satu orang itu sekali makan bisa 10-15 ribu, yang berarti sehari itu 30-45 ribu (3x makan), maka dalam seminggu, satu orang itu bisa menghabiskan sekitar 210-315 ribu. Atau misal dalam sehari, satu orang kalau masak itu menghabiskan sekitar 20 ribu, berarti dalam seminggu satu orang itu bisa menghabiskan sekitar 140 ribu sendiri. Padahal, dengan 290 ribu ribu tadi, aku bisa masak makanan yang cukup untuk 4-5 orang dalam seminggu (karena Azizah cuma pulang di hari Sabtu dan Minggu). Kalau ditambah beras 5kg, berarti 348 ribu. Kalau dihitung 4 orang aja, berarti totalnya aja udah sampai 560 ribu. Masya Allah, hemat 212 ribu :') Terus juga, di minggu berikutnya biasanya ada beberapa bahan yang masih sisa, namun tidak banyak. Jadi pas hari ke 6 dari 7 hari itu, aku kembali nge-list menu apa yang mau dibikin beserta bahan-bahan yang dibutuhkan.
Kalau buat yang kali ini, bahan sisa dari minggu sebelumnya itu ada tetelan sapi, daun bawang, seledri, labu siam, kacang panjang, daun salam, daun jeruk purut, dan terong ungu. Tapi sisanya juga nggak begitu banyak dan bisa dipakai buat bikin sayur sop dan lodeh yang memang jadi menu wajib setiap minggu. Tapi untuk belanjaan ini (kayak gambar di samping), Mas Suami salah beli wortel. Karena aku cuma nulis beli wortel lima, jadinya Mas Suami benar-benar beli wortelnya cuma lima, tapi dengan ukuran yang lebih kecil setengahnya daripada wortel yang biasa dibeli. Terus ini juga minus cumi dan daging sapi yang lagi-lagi tidak dijual di hari Mas Suami berbelanja. Dan untuk belanjaan ini, aku mengeluarkan dana sebanyak 265 ribu, dengan kondisi udah sepaket sama beras 5 kg. Berarti, kali ini aku hemat sampai 295 ribu. Apalagi untuk beberapa minggu ini yang meskipun hari libur sekolah dan Azizah di rumah terus, hal itu tidak mengubah jumlah daftar belanjaan yang biasa aku susun karena emang biasanya pun lauknya malah kebanyakan (jadi seringnya makan dengan nasi normal dan lauk abnormal wkwk). Terus juga, kadang kalau Abi sama Ummi pulang (biasanya dua minggu sekali), berarti jumlah orangnya pun bertambah.

Udah gitu, makanannya pun bisa bermacam-macam. Biasanya dalam seminggu aku ngestok paha ayam satu kilo, terus diungkep pakai bumbu kuning dan disimpan di kulkas, dan juga telor ayam satu kilo, biar kalau sewaktu-waktu ada yang udah kelaparan tapi makanannya belum tersedia atau malah habis, bisa langsung nggoreng ayam ataupun telor. Lalu terkadang ada cumi, udang, daging sapi, ikan, dan juga dada ayam yang bisa dibikin bermacam-macam jenis lauk. Sedangkan kalau sayurnya, biasanya aku bikin selang seling antara sayuran yang ditumis dengan yang berkuah. Jadi kayak misal hari ini sop, berarti besok tumis kacang panjang, lalu besoknya lodeh, begitu seterusnya. Terus juga, kalau ada beberapa bahan sisa yang bingung mau dibikin apa, biasanya aku bakal nyari-nyari di google atau cookpad gitu pakai keyword "olahan -nama bahan-" biar semua bahan bisa kepakai. Karena biasanya pun aku sekali masak bisa dua sampai tiga menu. Meskipun masaknya memang masih sama kayak dulu, alias sekali masak untuk pagi sampai malam, namun karena bahan-bahannya sudah banyak yang tinggal cuci lalu pakai, jadinya tidak begitu banyak memakan waktu.
contoh list menu makanan untuk dua minggu

Jadi untuk dua minggu, untuk makan saja kira-kira kami menghabiskan sekitar 600 ribu (termasuk minyak goreng, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kencur, kunyit dan garam yang biasa dibeli borongan per dua minggu sekali). Sedangkan kalau untuk buah, aku nggak bikin list apa saja yang mau dibeli karena kalau buah kan kebanyakan musiman. Tapi, biasanya dalam satu minggu aku nganggarin sekitar 50-100 ribu. Sebenarnya bisa lebih murah lagi kalau setiap harinya cuma makan sayur, tahu, tempe, telur, dan sedikit daging ayam. Tapi kata Mas Suami, kalau untuk makan mah nggak boleh pelit-pelit. Jadi weh walaupun terkadang harga sapi dan udang lagi mahal, tetap saja dibeli juga (kayak sekarang, malah ayam yang biasanya sekilo cuma 24 ribu, sekarang jadi 35 ribu, juga cumi sekilonya sekarang malah jadi 70 ribu, disaat dua minggu kemarin masih 40 ribu) :(

Tapi kalau buat aku, meski harganya lagi naik-turun, aku tetap belanja sesuai patokan harga yang udah dianggarin sebelumnya. Kayak misal anggaran aku untuk minggu ini cuma 300 ribu, berarti kalau cumi lagi mahal, ya sudah belinya sedikit dikurangin. Nanti masaknya bisa ditambah tahu atau bahan lainnya biar terlihat lebih banyak, hehehe. Aku juga sebenarnya masih belajar, nggak tahu juga sebenarnya menu-menu yang aku masak itu saling cocok apa nggak. Tapi Alhamdulillah selama ini belum ada yang protes (soalnya Hilmi dan Azizah biasanya kalau nggak cocok bakalan sedikit protes meski akhirnya ngasih masukan juga harusnya gimana). Masak pun masih suka lihat-lihat di cookpad atau resep lainnya di hari sebelumnya karena belum terbiasa. Paling kalau bikin sayur-sayuran aja yang udah bisa karena sering bikin. Buat nyimpen bahan-bahan masakannya pun kayaknya masih banyak yang salah. Tapi mah, yang penting saat ini bahannya awet untuk seminggu dan bisa bikin perut kenyang lah ya, hehehe.


8 Juli 2019
Niatnya mau share FoodPrep aja, malah jadi curhat kemana-mana wkwk
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Jalan-Jalan

Kemarin diajakin Mas Suami jalan-jalan. Mungkin karena kasihan melihat istrinya sehari-hari di rumah aja, jadinya diajakin keluar rumah. Refreshing katanya.

Awalnya mau movie marathon. Tapi waktu sampai di bioskop ternyata film yang mau ditonton udah jalan 1 menit. Sebenarnya masih ada jam yang lain, tapi agak motong waktu sholat makanya kami berdua nggak mau. Sedangkan waktu lainnya pas malem, habis isya gitu. Kalau yang ini akunya yang nggak mau, soalnya pernah ambil yang midnight dan akunya ngantuk di dalem. Kan rugi ya :( Jadinya cuma nonton satu film: Toy Story. Film yang nggak jadi itu Anabelle (hehehe). Terus abis nonton film, lanjut jalan-jalan ke tempat-tempat lainnya (yang emang dari kemarin-kemarin lagi pengen aku kunjungin karena butuh sesuatu).
Hari sebelumnya, setelah dari pagi sampai sore ikut belanja bulanan sama Mama (lama di jalannya, karena dari Purwokerto kami ke Purbalingga, ke Purwokerto lagi, terus ke Purbalingga lagi, dan kembali ke Purwokerto lagi), malamnya kami malam mingguan. Cuma makan di luar, mampir beli jajan, terus muter-muter sebentar. Pulang karena takut asmanya Mas Suami kambuh, soalnya udara Purwokerto lagi dingin banget. Jalanan juga rame banget, macet, padahal udah pakai motor. Sebenarnya nggak mengkhususkan perginya di hari Sabtu, tapi emang kosongnya lagi hari itu.
Dan di dua hari itu, aku dibebas-tugaskan dari kegiatan masak-memasak. Masaknya sekali doang waktu sarapan di hari Minggu.

Alhamdulillah. Terima kasih, Mas. Kayak gini doang aja aku udah seneng banget :)
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Lebaran Tiga Tempat

Purbalingga, 1 Syawal 1440
Dimulai dari sholat Ied di Purbalingga bersama keluarga Mas Suami. Di sini kurang Kak Lia dan Mas Ahmad yang berlebaran di Klaten. Di sini wajah saya besar sekali ya wkwk

Purwokerto, 1 Syawal 1440
Dilanjutkan dengan berkumpul di rumah Budhe Titin, salah satu kakaknya Ummi. Di sini aku dan Mas Suami cuma duduk dan ngobrol-ngobrol sebentar, dan langsung diajak foto bersama. Kami berdua datangnya agak siang juga sih, sekitar jam 9-an. Sedangkan Pakdhe dan Budhe juga udah harus segera ke Wangon, ke kampung halamannya Pakdhe, sebelum jalanan macet.
Lalu setelahnya pulang ke rumah dan foto-foto lagi karena kata Azizah, "masa bajunya udah kembar nggak ada foto-fotonya" wkwk. Dan di foto pertama itu emang pada sengaja ninggalin aku yang lagi nyalain lampu ruang tamu demi hasil foto yang lebih bagus. Tapi ya, ndilalahnya emang foto ini yang paling bagus dibandingkan dengan foto-foto bertujuh lainnya :((

Cirebon, 3 Syawal 1440
Sudah mulai jalan ke Cirebon sejak hari kedua, konvoi dengan mobil Abi yang tahun ini mengecil. Kebetulan tahun ini tahunnya berlebaran di tempat para mantu, alias anak-cucu mbah baru akan datang di lebaran hari kedua setelah hari pertamanya lebaran di kampung halaman mertuanya. Jadi di hari ketiga itu, mulailah "ritual" seperti biasanya.
Emang ngeblur. Yang moto cucu-cucu yang laki-laki, yang setelahnya komentar. "kok yang laki-laki nggak difoto juga" tapi nggak dihirauin sama bapak-bapak yang nyuruh foto kami-kami ini wkwk. Jadinya mereka pun langsung nyerbu dapur buat makan rajungan yang udah disiapin sama mbah dan budhe berpanci-panci.
Ya begitulah penampilannya. Karena orangnya banyak dan ruangan bawahnya nggak besar-besar banget, jadinya pada duduknya "berserakan". Terus setelah sholat Jumat, kami pun langsung berangkat ke rumah Om Isa sekalian berlebaran dengan keluarga mbah lainnya yang tinggalnya di sekitaran sana juga. Di sana kami makan seperti biasa, dengan aneka makanan dan es krim berliter-liter yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Terus yang laki-laki pada main panahan sambil ditontonin sama yang lainnya. Sebenarnya mau pasang fotonya Aqmar (umurnya sekitar 4 tahun mau ke 5), soalnya meski mainnya harus dibantuin sama kakak-kakaknya (ada yang pegang busurnya, ada yang pegang anak panahnya, dan ada juga yang ikutan narikin ke belakang) tapi ekspresinya kayak atlit panahan profesional. Sayangnya fotonya nggak ketemu, jadinya pasang foto Mas Suami aja wkwk. Fyi, Mas Suami itu kidal, makanya megang busurnya kayak gitu.
Dan pas udah jam 5-an sore gitu, kami pun pamit pulang, balik ke rumah mbah. Tapi sebelumnya foto-foto dulu juga, walaupun minus Om Opiq-Tante Eva yang pergi silaturahim ke rumah temannya, dan Abi-Ummi yang nggak ikut ke sini.
Ya begitulah cerita lebaran tahun ini. Kalau lebaran tahun depan, gimana lagi ya ceritanya?



Senin, 1 Juli 2019. #Latepost
Semoga masih diberi waktu ya...
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Dinas Rasa Jalan-Jalan

Jogja, 26 Mei 2019

Foto-foto ini sengaja dipost untuk arsipkan di sini. Diambil saat ikut Abi dan Mas Suami dinas ke Jogja. Hotelnya di jalan malioboro persis, makanya bisa menyempatkan diri untuk foto-foto kayak gini.



Senin, 1 Juli 2019 #Latepost
Ikut dinas ke luar kota lagi setelah 3 tahun lebih nggak pernah ikut lagi
Read More