Published Kamis, Januari 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Darurat Sampah

"Mulai hari ini kalau buang sampah harus dipisah ya, berdasarkan jenisnya."
"Emangnya kenapa, Mi?"
"Banyumas lagi darurat sampah."

***

Pantas saja, beberapa hari ini tempat sampah di depan rumah tidak pernah kosong alias nggak ada petugas yang ngambil-ngambil lagi kayak biasa. Paling ada beberapa bapak-bapak aja yang sesekali ngambil, tapi itu buat ngambilin sampah-sampah kayak botol-botol bekas, kardus, dan sejenisnya. Karena lama tidak diambil, sampah bekas makanan pun jadi membusuk di depan rumah dan bikin tempat sampahnya banyak dihinggapi lalat. Pokoknya kalau buka gerbang tuh langsung kecium bau yang nggak enak.

Terus aku jadi mikir, ini Banyumas lagi darurat sampah karena tempat sampahnya yang udah penuh, atau kenapa? Kalau udah penuh, berarti masyarakat Banyumas "rajin" banget dong dalam menghasilkan sampah? Kayak, Banyumas tuh udah kebanyakan sampah. Tapi sewaktu iseng nyari-nyari info tentang itu, ternyata aku baru tahu kalau nggak cuma di Banyumas aja yang lagi darurat sampah. Berarti, Indonesia memang lagi darurat sampah!

Dan agak susah juga sih menerapkan sistem memilah sampah di rumah. Apalagi buat adik-adik aku yang kebiasaan buang sampahnya tuh asal masukin ke tempat sampahnya aja. Jadi kadang-kadang aku sama Ummi itu harus mindah-mindahin sampahnya ke tempatnya masing-masing *meski lebih sering Ummi sih yang mindahin, hehe. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Alhamdulillah di rumah jadi lebih terbiasa dengan sistem memilah sampah itu. Ya, sesekali cheating juga sih kalau nggak ada Ummi, hehehe.

Lalu karena masih penasaran kenapa Banyumas ini bisa darurat sampah, akhirnya aku coba searching gitu di google soal masalah ini. Rupanya... Darurat sampah ini terjadi karena adanya penutupan salah satu TPA di Kalibagor. Katanya, TPA tersebut bikin air di sekitar daerah situ jadi tercemari, dan juga menimbulkan bau yang kurang enak karena udah kebanyakan sampah yang dikumpulin di situ. Apalagi, salah satu sumur yang menjadi sumber air di daerah situ jadi nggak bisa dipake lagi karena berbau, juga karena warga jadi gagal panen. Dan karena masalah ini, sampah jadi menumpuk di sekitar perumahan dan juga sampai GOR loh. Soalnya kan TPS juga nggak mungkin nampung semua sampah-sampah yang ada. Sehingga, tentu saja ini malah menimbulkan masalah baru di Banyumas.

Iya, sekarang sampah jadi menumpuk dimana-mana. Apalagi karena sekarang di Banyumas ini lagi musim hujan, yang bisa seharian penuh itu hujan turun terus nggak berhenti-berhenti. Dan kata Ummi, sekarang lagi musimnya nyamuk demam berdarah. Makanya Ummi ngewanti-wanti banget soal ini, dan bikin segala macam peraturan untuk pencegahan. Tapi sekarang katanya sih TPAnya udah dibuka lagi, cuma dibatasin gitu sama warga di sekitar sana. Kalau yang aku baca sih, dari 40 truk sampah yang ada, warga sana cuma ngebolehin 15 truk sampah aja yang boleh membuang sampah ke TPA itu. Bayangin, sisa 25 truk sampah yang penuh itu mau ngebuang sampahnya kemana lagi coba? Dan juga, kok bisa ya sehari ada 40 truk sampah di Banyumas? 40 loh, kan truknya pada gede-gede. Berarti sehari banyak juga ya sampah yang dihasilin sama masyarakat di Banyumas ini? Subhanallah..

Dan yaudah, meski sudah dibuka kembali dan sedikit membantu mengurangi sampah di pemukiman warga, Banyumas tetap darurat sampah. Kemarin aku juga sempat lihat story teman yang lagi 'berkreasi' dengan botol-botol dan kardus bekas dengan caption: Banyumas Darurat Sampah. Ummi juga, jadi ngirim sampah-sampah yang bisa didaur ulang ke rumah salah satu temannya yang memang mengolah sampah-sampah itu. Katanya, mau dijadiin pupuk kompos. Ya, semoga saja hal ini bisa membuat Banyumas jadi semakin membaik ya. Begitu juga dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Dan semoga, penghasilan sampah di Indonesia ini bisa menurun seiring dengan bertambahnya masyarakat kreatif yang bisa mendaur ulang sampah-sampah itu. Aamiin.