Published Rabu, Januari 23, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Tumpukan Kata

Tuhan tidak pernah menjanjikan
bahwa langit selalu biru, bunga
selalu mekar, dan mentari selalu
bersinar.

Tapi, ketahuilah bahwa Dia selalu
menciptakan pelangi di setiap badai,
senyum di setiap air mata, berkah di
setiap cobaan, dan jawaban di setiap
doa.

Jangan menyerah. Teruslah berjuang!
Hidup bukanlah suatu tujuan,
melainkan perjalanan untuk menuju
keabadian yang nyata.


Sekelebat lihat tulisan ini di salah satu snapgram milik teman, terus sengaja di post di sini karena agak berhubungan sama beberapa hal. Lupa ini ditulis oleh siapa, tapi kayaknya pernah baca di salah satu buku gitu.
Read More
Published Senin, Januari 21, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Kemarin dan Hari Ini

Kemarin hari minggu, dan rumah ramai sekali. Ada Azizah yang memang setiap minggu pulang dari asramanya, ada Aisyah yang bulan ini sedang kedapatan jadwal pulang dari asramanya, ada Hilmi yang memang sedang menikmati jeda kuliahnya, ada Mas Suami yang memang Alhamdulillahnya selalu (berusaha) ada, juga ada Ummi dan Abi yang sedang pulang dari kota perantauan.

Tapi itu kemarin. Hari ini Azizah dan Aisyah sudah kembali ke asrama. Abi pun juga sudah kembali ke kota perantauan, Jakarta. Hilmi sedang bermain dengan teman-temannya yang baru selesai sidang akhir, sedari pagi. Pun Ummi hari ini sedang ada jadwal mengajar di tiga tempat berbeda. Aku hanya berdua dengan Mas Suami, yang sebentar lagi pun akan pergi bertemu dengan Ami Ridho untuk mengurus sesuatu. Sebentar lagi aku akan sendiri, di rumah, yang sebelumnya tampak ramai dan berisik.

Sebenarnya aku sudah sering sendiri begini, toh juga sudah pernah merasakan hidup di perantauan selama lebih dari 4 tahun. Tapi karena hal ini seperti peralihan dari suasana yang ramai ke suasana yang sepi, rasanya jadi aneh sekali.

Jadi ada sedikit rasa, kangen.

***

Ditulis ba'da ashar, tapi baru dipublikasikan sekarang
Read More
Published Sabtu, Januari 19, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Potato Twister

Masya Allah, serius ini enaaaaaak banget. Jadi ini tuh potato twister alias kentang yang digulung-gulung di tusuk sate gitu dan digoreng kering-renyah-krispi, serta dibumbui beraneka macam pilihan rasa. Home made, alias asli buatan sang kakak ipar. Dan emang enak banget rasanya, soalnya pas dimakan tuh kayak nagih gitu. Pokoknya tiap ke Purbalingga aku pasti beli cemilan ini deh buat jadi temen ngoding. Pilihan rasanya juga ada banyak banget sampai-sampai aku nggak hafal apa aja jenisnya. Tapi yang pasti, ini krispinya awet dan beneran enak banget!

Potato twister ini emang masih dijual offline alias cuma tersedia di Study Center Photocopy sih, cuma dalam beberapa waktu dekat ini lagi mau mengembangkan ke ranah online, alias bisa dikirim-kirim ke luar kota. Doain aja, ya. Jadi kalau nantinya udah ada packaging baru yang lebih oke buat 'mengarungi perkotaan dan perpulauan', kalian harus banget cobain ini. Atau misal mau main-main ke Purbalingga juga boleh, tokonya berada di pertengahan antara desa dan kota kok, jadi pasti kalian suka buat main-main ke situ. Ditunggu ya!

Read More
Published Kamis, Januari 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Musim Hujan

Beberapa minggu belakangan ini, Purwokerto sedang mengalami musim hujan. Dari yang hujannya cuma dimulai dari sore hari hingga selepas Isya, sampai yang seharian penuh hujan terus-menerus. Paling berhenti sesekali atau gerimis, lalu hujan lagi dengan cukup deras. Cucian yang terus menumpuk pun jadi susah keringnya, walau kadang-kadang sebelum hujan dari pagi sampai sorenya matahari bersinar dengan cukup panas. Makanya kalau langit lagi kelihatan cerah, biasanya di depan-depan rumah banyak berjejer tempat jemuran. Dan kalau langit mulai kelihatan mendung, tempat jemuran itu pun langsung dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Soalnya, hujannya biasanya nggak pakai aba-aba, alias langsung deras begitu saja tanpa ada rintik-rintik kecilnya terlebih dahulu. Juga seringnya, disertai angin yang cukup kencang.

Lalu, mungkin karena hujannya disertai petir dan cukup besar, di Purwokerto ini sempat dua-tiga hari mati listrik. Dan itu cukup lama, bisa dari siang ke maghrib, atau dari maghrib ke jam sembilanan. Dan juga, mungkin karena hujannya cukup deras berhari-hari, air yang mengalir ke rumah pun sempat berubah warna menjadi kekuningan. Aku sempat kaget karena tiba-tiba air di bak mandi berubah jadi kotor sekali. Tapi Alhamdulillahnya setelah airnya dibiarkan terus-menerus mengalir dengan cukup lama, akhirnya airnya pun kembali bersih. Kalau kata Ummi, kayaknya ada longsoran tanah atau sejenis yang tercampur ke saluran air yang ada. Meskipun begitu, rupanya air yang sempat menguning itu sedikit berimbas ke Hilmi.

Waktu aku lagi nonton TV bareng Azizah di ruang tengah, Hilmi yang baru bangun tidur selepas Isya pun langsung mengadu. Katanya, badannya jadi bintik-bintik merah karena alergi, dan sedikit gatal. Emang sih, waktu dia bilang gitu aku sempat ngelihat sendiri kalau badannya emang jadi merah-merah. Karena aku mikirnya Hilmi sempat kena air yang menguning itu, jadinya aku pun nyuruh dia pakai bedak bayi yang biasa aku pakai atau caladine yang berbentuk lotion. Awalnya dia pakai bedak bayi biasa. Tapi setelah dua hari tidak juga sembuh, akhirnya dia pun ganti pakai caladine itu. Soalnya, badannya juga sampai bengkak-bengkak gitu setelah dua harian.

Aku sempat cerita kondisi Hilmi ke Ummi. Dan kata Ummi, mungkin seprei di kamar Hilmi juga harus diganti. Pas aku mau bilang gitu ke Hilmi, rupanya dia udah pindah duluan tidurnya ke kamar atas, kamar yang emang lebih sering dibersihin karena itu kamar tidur Ummi dan Abi—sebenarnya kamar Azizah dan Ais, tapi jadi dipakai sama Ummi dan Abi karena kamarnya mereka sekarang dipakai aku dan Mas Suami, hehehe. Dan kebetulan, sewaktu minggu kemarin Abi dan Ummi nggak pulang, jadinya kamar atas sudah sempat dibereskan karena habis dipakai tidur oleh aku dan Azizah yang saat itu sedang minggu penjemputan. Ya udah, karena Hilmi pun udah pindah ke atas, jadinya seprei di kamar itu pun ditunda digantinya. Soalnya, cucian kotor pun udah menumpuk di belakang. Tapi karena sempat ditunda, terus jadi kelupaan deh sampai sekarang. Lah, iya lupa...

Meskipun begitu, badan Hilmi Alhamdulillahnya sekarang udah nggak bintik-bintik merah dan gatal-gatal lagi. Aku juga udah suruh dia banyak-banyak minum air putih meskipun agak susah juga ya ngebilanginnya. Terus, aku juga udah ngelarang dia buat kebanyakan makan mie kalau tengah malam. Ya emang sih, Hilmi ini meskipun sudah sempat makan malam dengan porsi yang banyak, biasanya tengah malam gitu dia bakal kelaparan lagi dan langsung masak mie. Kalau aku lagi nginep di Purbalingga dan dia sendirian di rumah pun, seringnya dia malah masak mie, bukan beli makan di luar. Mungkin karena malas dan hujan kali ya, jadi dia malas untuk keluar meski punya mantel. Mau gofood pun, katanya dia kasihan sama driver-nya. Dan telor ataupun nugget yang biasa aku sediain di kulkas biasanya nggak begitu sering kesentuh, kalah sama popularitas si mie instan itu.

Lanjut ke masalah hujan tadi. Dan seperti di hari-hari sebelumnya, meski kemarin seharian penuh hujan terus-menerus mengguyur Purwokerto, dan tadi pagi sempat panas sekali cuacanya, ternyata siangnya kembali hujan angin dengan sangat derasnya... Allahumma shoyyiban naafi'an.
Hujan yang turun siang ini, dibarengi dengan langit yang tampak sangat cerah.
***

Foto di atas diambil saat hujannya sudah mulai mereda. Dan saat tulisan ini dipublikasikan, hujannya sudah tiga kali lipat lebih besar dari sebelumnya,
Read More
Published Kamis, Januari 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Darurat Sampah

"Mulai hari ini kalau buang sampah harus dipisah ya, berdasarkan jenisnya."
"Emangnya kenapa, Mi?"
"Banyumas lagi darurat sampah."

***

Pantas saja, beberapa hari ini tempat sampah di depan rumah tidak pernah kosong alias nggak ada petugas yang ngambil-ngambil lagi kayak biasa. Paling ada beberapa bapak-bapak aja yang sesekali ngambil, tapi itu buat ngambilin sampah-sampah kayak botol-botol bekas, kardus, dan sejenisnya. Karena lama tidak diambil, sampah bekas makanan pun jadi membusuk di depan rumah dan bikin tempat sampahnya banyak dihinggapi lalat. Pokoknya kalau buka gerbang tuh langsung kecium bau yang nggak enak.

Terus aku jadi mikir, ini Banyumas lagi darurat sampah karena tempat sampahnya yang udah penuh, atau kenapa? Kalau udah penuh, berarti masyarakat Banyumas "rajin" banget dong dalam menghasilkan sampah? Kayak, Banyumas tuh udah kebanyakan sampah. Tapi sewaktu iseng nyari-nyari info tentang itu, ternyata aku baru tahu kalau nggak cuma di Banyumas aja yang lagi darurat sampah. Berarti, Indonesia memang lagi darurat sampah!

Dan agak susah juga sih menerapkan sistem memilah sampah di rumah. Apalagi buat adik-adik aku yang kebiasaan buang sampahnya tuh asal masukin ke tempat sampahnya aja. Jadi kadang-kadang aku sama Ummi itu harus mindah-mindahin sampahnya ke tempatnya masing-masing *meski lebih sering Ummi sih yang mindahin, hehe. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Alhamdulillah di rumah jadi lebih terbiasa dengan sistem memilah sampah itu. Ya, sesekali cheating juga sih kalau nggak ada Ummi, hehehe.

Lalu karena masih penasaran kenapa Banyumas ini bisa darurat sampah, akhirnya aku coba searching gitu di google soal masalah ini. Rupanya... Darurat sampah ini terjadi karena adanya penutupan salah satu TPA di Kalibagor. Katanya, TPA tersebut bikin air di sekitar daerah situ jadi tercemari, dan juga menimbulkan bau yang kurang enak karena udah kebanyakan sampah yang dikumpulin di situ. Apalagi, salah satu sumur yang menjadi sumber air di daerah situ jadi nggak bisa dipake lagi karena berbau, juga karena warga jadi gagal panen. Dan karena masalah ini, sampah jadi menumpuk di sekitar perumahan dan juga sampai GOR loh. Soalnya kan TPS juga nggak mungkin nampung semua sampah-sampah yang ada. Sehingga, tentu saja ini malah menimbulkan masalah baru di Banyumas.

Iya, sekarang sampah jadi menumpuk dimana-mana. Apalagi karena sekarang di Banyumas ini lagi musim hujan, yang bisa seharian penuh itu hujan turun terus nggak berhenti-berhenti. Dan kata Ummi, sekarang lagi musimnya nyamuk demam berdarah. Makanya Ummi ngewanti-wanti banget soal ini, dan bikin segala macam peraturan untuk pencegahan. Tapi sekarang katanya sih TPAnya udah dibuka lagi, cuma dibatasin gitu sama warga di sekitar sana. Kalau yang aku baca sih, dari 40 truk sampah yang ada, warga sana cuma ngebolehin 15 truk sampah aja yang boleh membuang sampah ke TPA itu. Bayangin, sisa 25 truk sampah yang penuh itu mau ngebuang sampahnya kemana lagi coba? Dan juga, kok bisa ya sehari ada 40 truk sampah di Banyumas? 40 loh, kan truknya pada gede-gede. Berarti sehari banyak juga ya sampah yang dihasilin sama masyarakat di Banyumas ini? Subhanallah..

Dan yaudah, meski sudah dibuka kembali dan sedikit membantu mengurangi sampah di pemukiman warga, Banyumas tetap darurat sampah. Kemarin aku juga sempat lihat story teman yang lagi 'berkreasi' dengan botol-botol dan kardus bekas dengan caption: Banyumas Darurat Sampah. Ummi juga, jadi ngirim sampah-sampah yang bisa didaur ulang ke rumah salah satu temannya yang memang mengolah sampah-sampah itu. Katanya, mau dijadiin pupuk kompos. Ya, semoga saja hal ini bisa membuat Banyumas jadi semakin membaik ya. Begitu juga dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Dan semoga, penghasilan sampah di Indonesia ini bisa menurun seiring dengan bertambahnya masyarakat kreatif yang bisa mendaur ulang sampah-sampah itu. Aamiin.
Read More
Published Senin, Januari 14, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Bingung #2

Akhir-akhir ini aku melihat beberapa tulisan teman yang seperti ingin ditulis tapi tidak mau diungkapkan, tapi rasanya kalau tidak ditulis pun jadi ada yang kurang. Jadinya, ya gitu. Antara ada dan tiada, dan seperti saling berbalas. Aku jadi bingung sendiri melihat listnya.

*

Akhir-akhir ini bolak-balik buka blog karena ingin menulis sesuatu. Tapi pas udah mau nulis, eeeh tiba-tiba muncul chat yang 'emergency'. Jadinya, nggak jadi-jadi deh nulisnya.
Read More
Published Rabu, Januari 09, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Banyak yang Ingin Dilakukan

Akhir-akhir ini, ada banyak hal yang ingin aku lakukan.

Yang pertama soal ingin kembali menulis. Sewaktu lagi iseng buka-buka folder lama, eh malah nemu kumpulan cerpen dan novel yang belum terselesaikan. Terus menyempatkan diri untuk membaca beberapa, dan seketika perasaan ingin kembali menulis seperti dulu itu datang. Kayak ada rasa pengen bikin tulisan yang bukan soal galau-galau dan cinta-cintaan kayak beberapa tahun ke belakang *hehe. Dan akhirnya pas cari-cari info lomba, eh ketemu yang pas. Yaudah, akhirnya dikirim dan Alhamdulillahnya lolos.

Tapi baru selesai satu tulisan, tiba-tiba aku jadi tertarik sama dunia koding-mengoding lagi. Bukan tertarik juga sih, tapi lebih tepatnya jadi pengen nyoba ngoding dari awal lagi karena merasa udah lama banget nggak ngebukain baris-baris kodingan itu. Apalagi sekarang kan di rumah udah ada temen ngodingnya, jadi kalaupun dikasih tugas sama Abi ngerjainnya nggak malas-malasan kayak dulu lagi dan lumayan cepat selesainya—dibandingkan dengan waktu itu yang satu halaman saja bisa sampai berhari-hari karena saking malasnya. Tapi ya itu, karena terlalu asik ngoding jadinya keinginan untuk kembali menulis seperti dulu itu pun hanya jadi keinginan belaka. Bahkan buat nulis di blog yang bahasanya gini-gini aja pun jadi kayak nggak sempet. Karena malah jadi sibuk mempelajari kembali hal-hal yang berhubungan dengan barisan kode itu, yang sepertinya sudah mulai terhapus dari ingatan *halah.

Lalu setelah itu, beberapa hari setelahnya, aku nggak sengaja melihat Mas Suami lagi ngedit-ngedit video di sela-sela jam kerjanya. Awalnya cuma suka ngeliatin sambil mengomentari sedikit, eh lama-lama malah jadi pengen ikutan ngedit video juga. Dan jadi keingetan sama keinginan yang udah lama banget nggak pernah terlintas lagi di kepala, walau bukan soal video sih. Tapi ada mirip-miripnya gitu. Akhirnya dengan berbekal keinginan untuk bisa membuat sebuah video yang bagus, aku pun jadi mulai belajar ngedit video. Inginnya sih belajar biar jadi professional, makanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar pun jadi lumayan lama. Dan ya kayak sebelumnya, walau nggak sampai benar-benar ditinggalkan kayak soal tulis-menulis itu, tapi jam terbangku di dunia perkodingan pun perlahan jadi semakin berkurang.

Terus sewaktu lagi main ke rumah Ummi pas liburan sekolah kemarin, tiba-tiba Ais bilang kalau Ummi habis beli buku baru. Pas aku lihat, ternyata itu buku karya salah satu penulis favoritku. Jadinya ya... gitu. Kalau pekerjaan rumah sudah beres, aku biasanya nerusin tugas dari Abi yang sekarang setiap hari selalu ada aja tambahannya. Terus kalau tugas dari Abi udah selesai, biasanya aku bakal mulai ngedit-ngedit video. Tapi ya gitu,pas lagi ngedit-ngedit gitu kadang-kadang aku juga jadi pengen baca buku yang baru dibeli Ummi karena penasaran sama akhir ceritanya. Tapi juga kadang rasa penasaran itu muncul barengan sama rasa penasaran soal pengen cepat-cepat nyelesein video yang lagi aku edit. Terus juga, ada satu bahasa pemrograman yang lagi pengen aku pelajarin lagi buat jaga-jaga siapa tahu bisa ngebantuin Mas Suami kalau lagi ada kerjaan tambahan, jadinya kadang-kadang kepotong sama kegiatan 'googling-googling' dan tulis-tulis kodingan.

Tapi, karena terlalu banyak yang ingin dilakukan, jadinya keinginan-keinginan itu sampai sekarang belum ada satupun yang benar-benar terselesaikan atau benar-benar jadi sebuah rutinitas. Padahal, semua keinginan itu bukan cuma sekadar 'keinginan-keinginan' gitu, karena ada maksud dan tujuannya dari masing-masing keinginan itu... Atau memang kali ini akunya saja yang serakah ya? Astaghfirullah...
Read More
Published Selasa, Januari 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Alhamdulillah, akhirnya...

Setelah sekian lama cuti menulis, akhirnya bulan Oktober tahun kemarin aku memberanikan diri untuk menulis lagi. Tulisannya masih sederhana sih, karena hanya menceritakan tentang rentetan mimpi dan cita-citaku selama ini. Tapi Alhamdulillahnya, tulisan itu mampu masuk ke 50 besar dari 1272 tulisan yang adaketika setelahnya aku iseng-iseng mnegikutsertakan tulisan itu ke dalam sebuah lomba.

Aku bersyukur, meski tulisan itu baru bisa ikut masuk ke dalam sebuah antologi yang diterbitkan secara indie, setidaknya akhirnya aku bisa kembali menulis seperti dulu-dulu. Ya, semoga saja ini merupakan awal yang baik, atau mungkin sebuah batu loncatan, agar kelak bisa menghasilkan sesuatu yang 'lebih' daripada ini. 
Habisnya, aku sudah rindu mengumpulkan antologi lagi, sih. :)


Semoga Allah meridhoi, Aamiin.
Read More
Published Selasa, Januari 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Pengaruh Buruk

Rupanya sewaktu kembali mengecek keadaan twitter dan membaca beberapa postingan yang direpost atau dituliskan oleh teman-teman, aku tiba-tiba malah jadi ngerasa kayak apa yang ditampilkan seperti sudah tidak sehat lagi. Terlalu banyak masalah, pendapat, dan ujaran kebencian yang tidak masuk akal. Isinya kebanyakan soal saling adu argumen yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Makin banyak jawaban yang sepertinya juga bisa menyesatkan. Hm, mungkin karena sudah mau (memasuki) tahun 2019 kali, ya?

Ya sudah lah. Sepertinya uninstall twitter adalah yang terbaik. Soalnya aku jadi takut suudzon dan jadi terbawa suasana gitu.
Read More