Published Minggu, Oktober 13, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Published Selasa, Agustus 20, 2019 by Hannan Izzaturrofa

My Dearest Gift

17 Agustus 2019, sekitar jam sepuluhan. Tiba-tiba Pak Suami ngasih cokelat yang diikat berbarengan dengan surat yang isinya puitis-puitis lucu gitu. Makasih, mas :) Mungkin dikasih lebih awal karena besoknya harus ke Jakarta untuk urusan dinas.

Duh, aniversary malah ldr ya :')
Read More
Published Sabtu, Agustus 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Semua yang tertulis, adalah harapan. Harapan yang diharap-harap dapat menjadi kenyataan. Read More
Published Minggu, Agustus 04, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Random Talk

Dua minggu kemarin lumayan sibuk kesana-kemari buat beli kebutuhan ospek dan kuliah Ais. Dari pagi sampai sore. Panas-panasan. Antri dimana-mana. Tapi Alhamdulillah setelah tiga hari, semuanya lengkap.

Senin kemarin otw ke Jakarta naik kereta, berdua sama Ais. Karena Abi dan Ummi nggak memungkinkan untuk balik ke Purwokerto dulu (posisi awal di Cirebon), jadinya bawaannya cukup banyak. Keretanya juga penuh entah kenapa. Dan karena sempat nggak dapat rak bagasi terus mungkin bapak-bapak di sebelah kami kasihan ngelihat kami yang duduknya kesempitan, jadilah satu tas tentengan kami dioper ke bapak-bapak yang posisi duduknya jeda dua kursi di belakang. Pas mau turun pun, aku baru noleh sedikit langsung diambilin tasnya. Duh, makasih, Pak.

Jeda sehari, di hari selasanya nganterin Ais ke IPB buat registrasi Asrama. Karena banyak hal, jadi yang nganter ke Asrama dari parkiran cuma aku. Lalu sepanjang jalan aku dikira maba juga wkwk. Selebaran yang dikasih selalu dua. Bahkan pas masuk asrama pun salah satu maba di situ nyeletuk, "wah, langsung dua sekaligus yang datang" yang setelahnya disaut sama Ais, "ini kakak aku" wkwkwk. Jadi bahagia deh :) Lalu sorenya mungkin karena Abi ngerasa bersalah dan kasihan karena aku capek abis dorong-dorong koper dan tas tentengan besar cukup jauh, jadinya sore-sore gitu dibeliin es podeng. Fyi, es podeng itu jajanan yang selalu aku cari ke Jakarta, sampai langganan gitu.

Besoknya, Ummi sedikit ngedrop karena kecapekan. Lalu aku diminta untuk pulangnya Jumat sorenya aja sama Abi dan Ummi setelah sebelumnya berniat untuk pulang naik kereta sendiri. Lalu tiba-tiba Ummi kangen sama Ais. Jadinya pas Kamis Ais kembali dijemput. Nggak sama Abi, tapi sama aku dan istri adiknya Abi. Kebetulan Om dan Tante ini tinggalnya di Jakarta juga, dan anak pertamanya pun satu angkatan sama Ais di IPB. Jadinya hari Kamis itu, kami kembali menjemput mereka berdua.

Kamis dan Jumat aku pergi-pergi terus sama Ais. Kebetulan ada kebutuhan tambahan yang diberitahunya dadakan. Naik motor, dan jadi inget dulu sering bolak-balik Ragunan-Utan Kayu atau Ragunan-Slipi sewaktu masih kerja di Jakarta dengan motor yang sama. Jadi kangen, eh.

Jumat sorenya kami pulang. Ais dianter ke rumah Om untuk dititipkan karena Abi tidak bisa meRIngantar kembali ke IPB. Lalu disepanjang jalan, kondisinya lumayan ramai. Jakarta-Purwokerto ditempuh selama 8.5 jam. Duduk di kursi depan dan harus terus terjaga biar Abi nggak kesepian. Ngomongin banyak hal meski nggak begitu penting, seperti kenapa ada Lingkar Dalam dan Lingkar Luar, atau arti lampu sen bus kalau lagi di jalan. Tapi Alhamdulillah sampai dengan selamat meski agak capek.

Sabtunya belum bisa beristirahat karena harus menjaga Ummi. Abi masih tepar karena baru bisa tidur paginya. Tapi siangnya Budhe datang jadi bisa tidur satu jam. Tugas rumah tangga jadi dibagi dua dengan Suami. Alhamdulillah jadi tidak keteteran. Makasih, Mas :) Lalu seharian Ais juga cerita pengalaman dia pas lagi pra ospek. Katanya capek banget.

Minggunya lebih longgar karena Ummi sudah baikan. Dan sorenya Ais ngabarin kalau abis mati lampu sampai sinyalnya nggak ada (fyi, di Purwokerto Alhamdulillahnya nggak mati). Di grup kelas dan keluarga besar juga ramai bilang mati lampu, sampai Cirebon segala. Sempat dijelaskan juga sama Suami akibat yang mungkin akan terjadi kalau penanganan listrik mati ini tidak segera diatasi. Dan itu lumayan besar. Semoga semua baik-baik saja.

-----

Banyak hal terjadi beberapa minggu ini. Tapi terlalu banyak untuk diceritakan.
Read More
Published Rabu, Juli 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Kerja sama

Sandwich ala-ala buatan Suami. Isinya telur mata sapi, selada, sosis dan saus. Dibikinin ini di hari Minggu karena waktu itu lagi morning sickness karena anemianya kambuh, jadi belum sempat bikin sarapan. Padahal dibawa istirahat sebentar juga udah sembuh, tapi setelahnya aku malah benar-benar disuruh istirahat seharian. Piring dicuciin, sampah dibuangin, dapur dibersihin, tanaman disiramin, sampai makanan pun dibuatin. Bahkan botol minum aku diisiin sampai dua jenis, satu untuk air mineral, dan satu lagi untuk air campuran saffron. Ditaruh nggak jauh-jauh dari kasur. Habis itu aku dipijitin telapak kaki dan telapak tangannya, padahal bahan nggak kerasa pegal-pegal juga. Katanya biar agak enakan (biasanya memang kalau aku nggak enak badan atau nggak bisa tidur, Suami suka mijitin telapak kaki atau telapak tanganku. Dan nggak tahu kenapa emang ampuh bikin tidurnya jadi nyenyak dan badan pun jadi enakan).
Terus siangnya, sewaktu aku mau masak malah disuruh rebahan aja di kasur dan dibikinin nasi goreng spesial, pakai telur dan sosis. Rasanya enak banget. Besoknya juga dibantuin bikin rica-rica ayam dan lele goreng (karena aku takut sama lele wkwk). Lalu juga sehari-hari kalau aku masak, Suami nyuci piring. Aku njemur pakaian, Suami nyapu halaman. Aku nyapu lantai rumah, Suami lanjut ngepel. Dan lain sebagainya.

Alhamdulillah. Mungkin ini yang dinamakan kerja sama ya. Saling berbagi tugas tanpa dikomando. Saling membantu.

Terima kasih, Mas :)
Read More
Published Kamis, Juli 11, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Licin Sekaliiiiiii

Rupanya aku belum lulus dalam hal membersihkan lele. Kulitnya licin bangeeeeeet, lelenya jadi loncat-loncat dan geli megangnyaaaa, kayak ular jadi trauma :(((


#baladaemak2maumasaklele
#tapiketundakarenanggakbisangebersihinnya
#nunggupaksuamiajadeh:((


edited:
lalu dikomentarin pak suami karena katanya kalo ular mah kulitnya kasar, nggak licin :((
Read More
Published Senin, Juli 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Surat Dari Mereka


Surat dari murid-muridnya Mas Suami di Purbalingga.
Dibarengi dengan sebuah bingkisan yang ukurannya lumayan besar.
Anak-anak yang mengawali terbentuknya program belajar mengaji di perumahan.
Yang bahkan sekarang lagi direncanakan juga untuk program bapak-bapaknya.
Masyaa Allah :')

Padahal ini berawal dari keisengan Mas Suami buat ngajak anak tetangga depan rumah buat ngaji di rumah saat mereka lagi ribut minta ngaji di Masjid luar perumahan, tapi orang tuanya bingung karena jaraknya yang lumayan jauh. Mau diantar tapi lagi ada kesibukan, dibiarkan berangkat dan pulang sendiri pun rasanya sedikit khawatir. Lalu mulai dari yang datang cuma beberapa anak saja, sampai yang hampir seluruh perumahan ikutan belajar. Sampai ditawari beberapa kebutuhan penunjang dari kas RW jika memang membutuhkan. Alhamdulillah.

Salut aku, Mas. Tiga kali dalam seminggu harus membagi waktu untuk bolak-balik Purbalingga-Purwokerto demi menjaga semangat adik-adik itu dalam menuntut ilmu :')
Read More
Published Senin, Juli 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

#FoodPreparation Ala-Ala

Beberapa bulan belakangan ini, aku jadi sering banget ngelihat postingan orang-orang tentang Food Preparation. Entah itu di instagram story, beranda youtube, maupun media sosial lainnya. Lalu aku jadi keinget sama "ritual mingguan" yang sering aku lakuin semenjak menikah.

Waktu itu masih tinggal di rumah kontrakan, dan rumahnya pun belum ada isinya. Jadi setiap hari karena belum punya kulkas, kalau mau masak harus ke pasar dulu atau warung perumahan yang baru buka jam 6. Terus kalau di warung, biasanya bahan-bahannya udah dibungkusin perporsi gitu. Jenis rempah-rempahnya juga nggak banyak, karena emang kalau di warung kan biasanya kayak cuma distok buat satu hari aja. Tapi karena dibungkusinnya perporsi, harganya juga jadi lebih mahal. Contohnya kalau beli sayap ayam setengah kilo di pasar itu harganya 12 ribu (isi 7-8 potong), tapi kalau di warung sebungkusnya jadi 8 ribu (isi 3 potong). Tapi meskipun di pasar harganya normal atau lebih murah daripada di warung, karena jaraknya lumayan jauh dari rumah, jadi memakan banyak waktu juga. Makanya aku jadi lebih sering belanja di warung perumahan.

Lalu waktu tinggal di rumah kontrakan, hampir setiap pagi aku dan Mas Suami keliling-keliling perumahan sampai ke jalanan luar perumahan juga. Niatnya sih buat melatih pernapasannya Mas Suami, karena kebetulan Mas Suami itu punya penyakit asma. Dan biasanya kami mulai jalannya itu jam setengah 6an, dan baru pulang sekitar jam 7an (mampir ke warung dulu buat beli bahan masakan). Makanya kalau dihitung sampai rumah langsung masak, aku baru selesai masak itu sekitar jam 9an. Atau kalau ternyata ada cucian yang menumpuk (jadwal nyuci di rumah itu dua hari sekali), berarti aku harus nyuci dulu (biar lama dijemurnya) dan baru mulai masak itu sekitar jam 9an (sama njemurnya juga). Maklum, nyucinya masih manual, makanya butuh waktu yang agak lama.

Dan karena makanan itu baru tersedia sekitar jam 9 atau 11 gitu, jadinya kami sering beli sarapan di luar. Masaknya emang cukup lama, dua jam gitu karena aku sekalian masak buat siang dan malam, biar satu kali masak juga. Soalnya bahan-bahannya juga nggak awet kalau dimasaknya sebagian-sebagian gitu. Terus karena setiap habis masak dan nyuci aku kayak capek banget, sampai pusing dan lemes, jadinya siang ke malamnya aku sering nggak produktif gitu. Dan kadang kalau kecapekan gitu, besoknya jadi nggak boleh ngapa-ngapain sama Mas Suami. Alhasil, makan pun jadi sering beli di luar. Dimana kalau beli makan di luar, satu kali makan untuk satu orang itu sekitar 10-15 ribu. Sebenarnya Mas Suami kadang-kadang ngebantuin aku ngerjain pekerjaan rumah (masak, nyuci, ngepel, dll), atau malah kalau sabtu dan minggu gitu seringnya aku disuruh istirahat aja, jadi pekerjaan rumah itu semuaya Mas Suami yang ngerjain. Tapi karena weekdays lebih panjang daripada weekend, makanya pengeluaran pun tetap terhitungnya lebih besar.

Terus karena ngerasa cukup boros pengeluarannya, awalnya aku kepikiran kalau nanti punya rezeki lebih, barang yang pengen aku beli pertama kali itu adalah kulkas. Karena selain biar bisa satu hari itu belanjanya sekalian untuk satu minggu, sehingga harganya juga bisa lebih murah, juga biar bisa sedikit menghemat waktu karena nggak perlu ke setiap hari ke pasar atau ke warung. Meski sebenarnya orang zaman dahulu juga jarang yang punya kulkas kan, jadi bahan masakan juga bisa-bisa saja kalau misalnya memang mau disimpan agak lama (kecuali daging-dagingan). Tapi karena ada ritual jalan-jalannya dan memang ternyata tubuhku tidak sekuat orang zaman dahulu, makanya aku mikir kalau kulkas itu salah satu kebutuhan primer pertama. Karena kalau nyuci manual, udah sering ngelakuinnya waktu ngekos dulu, makanya udah agak terbiasa dan belum butuh-butuh banget sama yang namanya mesin cuci. Namun sebelum beli kulkas itu terealisasikan, rupanya Abi minta tolong aku dan Mas Suami buat tinggal di rumah yang ada di Purwokerto karena satu dan lain hal. Makanya pas akhir bulan Desember, kami pun pindah ke Purwokerto dan meninggalkan rumah kontrakan yang baru ditinggalin selama 4 bulan itu.

Tentunya di rumah Abi udah ada kulkasnya, jadinya aku bisa langsung merealisasikan "ritual" belanja mingguan itu. Awalnya aku belanjanya asal-asalan aja, alias membeli apa aja yang terlihat bisa dijadiin makanan. Jadinya waktu minggu-minggu awal itu, banyak sayur-sayuran yang kering dan busuk karena aku masukin ke kulkasnya juga asal, ditumpuk langsung aja seplastik-plastiknya. Jadinya sayur dedaunan gitu kebanyakan ketindih sama sayuran yang berat kayak wortel, labu siam, dll. Terus daging-dagingan kayak ayam, daging sapi, atau seafood kayak udang dan cumi pun juga jadi pada bocor dan bikin kulkasnya jadi bau meskipun udah ditaruh di rak yang terpisah. Ayamnya jadi bau udang, atau sapinya jadi bau cumi. Apalagi cumi kan tintanya hitam-hitam gitu. Jadinya, setelah rak bawah itu dibersihin, setiap daging-dagingan aku kasih wadah bekas kotak makanannya Ais dan Azizah yang udah nggak kepakai, biar kalaupun bocor, airnya nggak kemana-mana atau bercampur dengan daging-daging yang lainnya. Meski, sayur-sayuran di atasnya masih aku tumpuk biasa.

Tapi karena aku beli sayurnya pun asal-asalan (kalau daging-dagingannya dari awal sebelum beli memang sudah aku hitung butuhnya berapa), jadinya dedaunan kayak daun bawang seledri, atau kangkung dan bayam gitu jadi suka layu dan kering. Aku juga jadi jarang masak pakai daun salam atau daun jeruk karena baru beberapa hari aja udah langsung kering meskipun udah dimasukin ke kulkas. Dan karena jadi banyak banget bahan masakan yang akhirnya terbuang, mubadzir, jadinya aku search di google satu per satu cara agar bahan-bahan masakan itu nggak mudah layu, kering, ataupun busuk. Jadi kayak aku nyari gimana caranya biar kangkung bisa tahun satu minggu, atau biar cabai merah bisa nggak busuk berbulan-bulan, dan lain sebagianya. Sampai akhirnya aku nemu satu video di youtube yang menjelaskan tentang Food Preparation (FoodPrep).

Sebelum aku mempelajari tentang FoodPrep ini, awalnya aku mulai mengurangi membuang-buang bahan masakan itu dengan bikin list menu makanan selama seminggu. Jadi kayak apa aja sih yang pengen aku bikin seminggu ke depan, ditambah bahan-bahan yang dibutuhkan itu juga apa aja, sama seperti menu daging-dagingan yang udah duluan aku list perminggunya. Kayak misalnya dalam seminggu itu berturut-turut aku pengennya bikin sayur sop-kangkung-lodeh-kacang panjang-bening-jamur-sop. Berarti, kira-kira aku cuma butuh wortel sekitar 4 atau 5 buah, jadi pas belanja aku nggak boleh beli wortel lebih dari 5. Begitu juga dengan bahan-bahan masakan yang lainnya. Ini niatnya biar nggak ada bahan masakan yang mubadzir karena Insya Allah semuanya habis terpakai. Soalnya kalaupun misalnya ada bahan masakan yang tahan lebih dari satu minggu, kadang di minggu berikutnya aku justru pengen bikin makanan lain yang nggak pakai bahan masakan tersebut, sehingga bahan masakan itu pun jadi ketumpuk-tumpuk terus di kulkas dan nggak tahu kapan kepakainya.

Terus setelah selesai nge-list menu makanan selama seminggu ke depan, aku mulai nge-list bahan-bahan apa saja yang aku butuhkan buat masak menu-menu yang udah aku siapin sebelumnya. Kecuali bumbu dapur yang biasa aku beli seperempat atau setengah kilo sekaligus, kayak jahe, kencur, lengkuas, kunyit, bawang putih, dan bawang merah. Biasanya aku belanja hari Sabtu, biar bisa ditemenin sama Mas Suami. Tapi akhir-akhir ini digeser ke hari Kamis karena biasanya kalau weekend gitu, penjual seafood di pasar dekat rumah suka nggak jualan. Dan meskipun jadwal belanjanya udah digeser ke hari Kamis, tapi Mas Suami tetap menyempatkan waktunya buat nemenin aku belanja. Malah, seringnya Mas Suami sendiri yang belanja dengan membawa list bahan-bahan yang udah aku siapin sebelumnya. Biar aku bisa langsung masak dan nggak kecapean katanya. Uuuu, makasih mas :')

Lanjut. Lalu setelah masak-memasak hari itu selesai, bahan-bahan masakan yang udah dibeli sama Mas Suami pun langsung aku simpan satu per satu ke dalam food container kayak gambar di samping. Ini minus daging dan tetelan sapi, cumi dan udang yang lagi nggak dijual di pasar karena waktu itu belanjanya pas hari Minggu. Jadi sayuran dedaunan kayak kangkung dan bayam itu disimpan dalam keadaan sudah dipetik. Boleh dicuci terlebih dahulu, tapi harus dipastikan kalau sayurannya nggak basah alias benar-benar kering. Soalnya kalau basah, sayuran ini malah jadi cepat busuk. Kalau aku, biasanya nggak dicuci dulu hehehe. Terus kan biasanya tahu itu dijualnya dalam bentuk yang udah diplastikin dan ada airnya gitu kan, jadi harus dicuci dulu dan diganti airnya dengan air yang baru. Emang sih, sewaktu nyiapin FoodPrep ini sedikit membutuhkan waktu yang agak banyak dan capek.
Tapi, waktu ngelihat bahan-bahan itu masuk ke dalam kulkas kayak gambar sebelah, capeknya jadi hilang. Senang aja gitu ngelihatnya. Terus juga, kalau mau ngambil bahan-bahan tertentu jadi nggak perlu lagi ngudek-ngudek di kresek belanjaan. Jadi lebih mudah. Pas masak di hari-hari berikutnya pun jadi nggak begitu butuh waktu yang lama karena beberapa bahan udah dipersiapin sebelumnya, kayak misalnya kangkung yang sebelumnya sudah dipetik atau kacang panjang yang udah dipotong-potong. Dan untuk bahan-bahan ini, aku ngabisin dana sekitar 290 ribu. Disaat misalnya satu orang itu sekali makan bisa 10-15 ribu, yang berarti sehari itu 30-45 ribu (3x makan), maka dalam seminggu, satu orang itu bisa menghabiskan sekitar 210-315 ribu. Atau misal dalam sehari, satu orang kalau masak itu menghabiskan sekitar 20 ribu, berarti dalam seminggu satu orang itu bisa menghabiskan sekitar 140 ribu sendiri. Padahal, dengan 290 ribu ribu tadi, aku bisa masak makanan yang cukup untuk 4-5 orang dalam seminggu (karena Azizah cuma pulang di hari Sabtu dan Minggu). Kalau ditambah beras 5kg, berarti 348 ribu. Kalau dihitung 4 orang aja, berarti totalnya aja udah sampai 560 ribu. Masya Allah, hemat 212 ribu :') Terus juga, di minggu berikutnya biasanya ada beberapa bahan yang masih sisa, namun tidak banyak. Jadi pas hari ke 6 dari 7 hari itu, aku kembali nge-list menu apa yang mau dibikin beserta bahan-bahan yang dibutuhkan.
Kalau buat yang kali ini, bahan sisa dari minggu sebelumnya itu ada tetelan sapi, daun bawang, seledri, labu siam, kacang panjang, daun salam, daun jeruk purut, dan terong ungu. Tapi sisanya juga nggak begitu banyak dan bisa dipakai buat bikin sayur sop dan lodeh yang memang jadi menu wajib setiap minggu. Tapi untuk belanjaan ini (kayak gambar di samping), Mas Suami salah beli wortel. Karena aku cuma nulis beli wortel lima, jadinya Mas Suami benar-benar beli wortelnya cuma lima, tapi dengan ukuran yang lebih kecil setengahnya daripada wortel yang biasa dibeli. Terus ini juga minus cumi dan daging sapi yang lagi-lagi tidak dijual di hari Mas Suami berbelanja. Dan untuk belanjaan ini, aku mengeluarkan dana sebanyak 265 ribu, dengan kondisi udah sepaket sama beras 5 kg. Berarti, kali ini aku hemat sampai 295 ribu. Apalagi untuk beberapa minggu ini yang meskipun hari libur sekolah dan Azizah di rumah terus, hal itu tidak mengubah jumlah daftar belanjaan yang biasa aku susun karena emang biasanya pun lauknya malah kebanyakan (jadi seringnya makan dengan nasi normal dan lauk abnormal wkwk). Terus juga, kadang kalau Abi sama Ummi pulang (biasanya dua minggu sekali), berarti jumlah orangnya pun bertambah.

Udah gitu, makanannya pun bisa bermacam-macam. Biasanya dalam seminggu aku ngestok paha ayam satu kilo, terus diungkep pakai bumbu kuning dan disimpan di kulkas, dan juga telor ayam satu kilo, biar kalau sewaktu-waktu ada yang udah kelaparan tapi makanannya belum tersedia atau malah habis, bisa langsung nggoreng ayam ataupun telor. Lalu terkadang ada cumi, udang, daging sapi, ikan, dan juga dada ayam yang bisa dibikin bermacam-macam jenis lauk. Sedangkan kalau sayurnya, biasanya aku bikin selang seling antara sayuran yang ditumis dengan yang berkuah. Jadi kayak misal hari ini sop, berarti besok tumis kacang panjang, lalu besoknya lodeh, begitu seterusnya. Terus juga, kalau ada beberapa bahan sisa yang bingung mau dibikin apa, biasanya aku bakal nyari-nyari di google atau cookpad gitu pakai keyword "olahan -nama bahan-" biar semua bahan bisa kepakai. Karena biasanya pun aku sekali masak bisa dua sampai tiga menu. Meskipun masaknya memang masih sama kayak dulu, alias sekali masak untuk pagi sampai malam, namun karena bahan-bahannya sudah banyak yang tinggal cuci lalu pakai, jadinya tidak begitu banyak memakan waktu.
contoh list menu makanan untuk dua minggu

Jadi untuk dua minggu, untuk makan saja kira-kira kami menghabiskan sekitar 600 ribu (termasuk minyak goreng, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kencur, kunyit dan garam yang biasa dibeli borongan per dua minggu sekali). Sedangkan kalau untuk buah, aku nggak bikin list apa saja yang mau dibeli karena kalau buah kan kebanyakan musiman. Tapi, biasanya dalam satu minggu aku nganggarin sekitar 50-100 ribu. Sebenarnya bisa lebih murah lagi kalau setiap harinya cuma makan sayur, tahu, tempe, telur, dan sedikit daging ayam. Tapi kata Mas Suami, kalau untuk makan mah nggak boleh pelit-pelit. Jadi weh walaupun terkadang harga sapi dan udang lagi mahal, tetap saja dibeli juga (kayak sekarang, malah ayam yang biasanya sekilo cuma 24 ribu, sekarang jadi 35 ribu, juga cumi sekilonya sekarang malah jadi 70 ribu, disaat dua minggu kemarin masih 40 ribu) :(

Tapi kalau buat aku, meski harganya lagi naik-turun, aku tetap belanja sesuai patokan harga yang udah dianggarin sebelumnya. Kayak misal anggaran aku untuk minggu ini cuma 300 ribu, berarti kalau cumi lagi mahal, ya sudah belinya sedikit dikurangin. Nanti masaknya bisa ditambah tahu atau bahan lainnya biar terlihat lebih banyak, hehehe. Aku juga sebenarnya masih belajar, nggak tahu juga sebenarnya menu-menu yang aku masak itu saling cocok apa nggak. Tapi Alhamdulillah selama ini belum ada yang protes (soalnya Hilmi dan Azizah biasanya kalau nggak cocok bakalan sedikit protes meski akhirnya ngasih masukan juga harusnya gimana). Masak pun masih suka lihat-lihat di cookpad atau resep lainnya di hari sebelumnya karena belum terbiasa. Paling kalau bikin sayur-sayuran aja yang udah bisa karena sering bikin. Buat nyimpen bahan-bahan masakannya pun kayaknya masih banyak yang salah. Tapi mah, yang penting saat ini bahannya awet untuk seminggu dan bisa bikin perut kenyang lah ya, hehehe.


8 Juli 2019
Niatnya mau share FoodPrep aja, malah jadi curhat kemana-mana wkwk
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Jalan-Jalan

Kemarin diajakin Mas Suami jalan-jalan. Mungkin karena kasihan melihat istrinya sehari-hari di rumah aja, jadinya diajakin keluar rumah. Refreshing katanya.

Awalnya mau movie marathon. Tapi waktu sampai di bioskop ternyata film yang mau ditonton udah jalan 1 menit. Sebenarnya masih ada jam yang lain, tapi agak motong waktu sholat makanya kami berdua nggak mau. Sedangkan waktu lainnya pas malem, habis isya gitu. Kalau yang ini akunya yang nggak mau, soalnya pernah ambil yang midnight dan akunya ngantuk di dalem. Kan rugi ya :( Jadinya cuma nonton satu film: Toy Story. Film yang nggak jadi itu Anabelle (hehehe). Terus abis nonton film, lanjut jalan-jalan ke tempat-tempat lainnya (yang emang dari kemarin-kemarin lagi pengen aku kunjungin karena butuh sesuatu).
Hari sebelumnya, setelah dari pagi sampai sore ikut belanja bulanan sama Mama (lama di jalannya, karena dari Purwokerto kami ke Purbalingga, ke Purwokerto lagi, terus ke Purbalingga lagi, dan kembali ke Purwokerto lagi), malamnya kami malam mingguan. Cuma makan di luar, mampir beli jajan, terus muter-muter sebentar. Pulang karena takut asmanya Mas Suami kambuh, soalnya udara Purwokerto lagi dingin banget. Jalanan juga rame banget, macet, padahal udah pakai motor. Sebenarnya nggak mengkhususkan perginya di hari Sabtu, tapi emang kosongnya lagi hari itu.
Dan di dua hari itu, aku dibebas-tugaskan dari kegiatan masak-memasak. Masaknya sekali doang waktu sarapan di hari Minggu.

Alhamdulillah. Terima kasih, Mas. Kayak gini doang aja aku udah seneng banget :)
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Lebaran Tiga Tempat

Purbalingga, 1 Syawal 1440
Dimulai dari sholat Ied di Purbalingga bersama keluarga Mas Suami. Di sini kurang Kak Lia dan Mas Ahmad yang berlebaran di Klaten. Di sini wajah saya besar sekali ya wkwk

Purwokerto, 1 Syawal 1440
Dilanjutkan dengan berkumpul di rumah Budhe Titin, salah satu kakaknya Ummi. Di sini aku dan Mas Suami cuma duduk dan ngobrol-ngobrol sebentar, dan langsung diajak foto bersama. Kami berdua datangnya agak siang juga sih, sekitar jam 9-an. Sedangkan Pakdhe dan Budhe juga udah harus segera ke Wangon, ke kampung halamannya Pakdhe, sebelum jalanan macet.
Lalu setelahnya pulang ke rumah dan foto-foto lagi karena kata Azizah, "masa bajunya udah kembar nggak ada foto-fotonya" wkwk. Dan di foto pertama itu emang pada sengaja ninggalin aku yang lagi nyalain lampu ruang tamu demi hasil foto yang lebih bagus. Tapi ya, ndilalahnya emang foto ini yang paling bagus dibandingkan dengan foto-foto bertujuh lainnya :((

Cirebon, 3 Syawal 1440
Sudah mulai jalan ke Cirebon sejak hari kedua, konvoi dengan mobil Abi yang tahun ini mengecil. Kebetulan tahun ini tahunnya berlebaran di tempat para mantu, alias anak-cucu mbah baru akan datang di lebaran hari kedua setelah hari pertamanya lebaran di kampung halaman mertuanya. Jadi di hari ketiga itu, mulailah "ritual" seperti biasanya.
Emang ngeblur. Yang moto cucu-cucu yang laki-laki, yang setelahnya komentar. "kok yang laki-laki nggak difoto juga" tapi nggak dihirauin sama bapak-bapak yang nyuruh foto kami-kami ini wkwk. Jadinya mereka pun langsung nyerbu dapur buat makan rajungan yang udah disiapin sama mbah dan budhe berpanci-panci.
Ya begitulah penampilannya. Karena orangnya banyak dan ruangan bawahnya nggak besar-besar banget, jadinya pada duduknya "berserakan". Terus setelah sholat Jumat, kami pun langsung berangkat ke rumah Om Isa sekalian berlebaran dengan keluarga mbah lainnya yang tinggalnya di sekitaran sana juga. Di sana kami makan seperti biasa, dengan aneka makanan dan es krim berliter-liter yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Terus yang laki-laki pada main panahan sambil ditontonin sama yang lainnya. Sebenarnya mau pasang fotonya Aqmar (umurnya sekitar 4 tahun mau ke 5), soalnya meski mainnya harus dibantuin sama kakak-kakaknya (ada yang pegang busurnya, ada yang pegang anak panahnya, dan ada juga yang ikutan narikin ke belakang) tapi ekspresinya kayak atlit panahan profesional. Sayangnya fotonya nggak ketemu, jadinya pasang foto Mas Suami aja wkwk. Fyi, Mas Suami itu kidal, makanya megang busurnya kayak gitu.
Dan pas udah jam 5-an sore gitu, kami pun pamit pulang, balik ke rumah mbah. Tapi sebelumnya foto-foto dulu juga, walaupun minus Om Opiq-Tante Eva yang pergi silaturahim ke rumah temannya, dan Abi-Ummi yang nggak ikut ke sini.
Ya begitulah cerita lebaran tahun ini. Kalau lebaran tahun depan, gimana lagi ya ceritanya?



Senin, 1 Juli 2019. #Latepost
Semoga masih diberi waktu ya...
Read More
Published Senin, Juli 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Dinas Rasa Jalan-Jalan

Jogja, 26 Mei 2019

Foto-foto ini sengaja dipost untuk arsipkan di sini. Diambil saat ikut Abi dan Mas Suami dinas ke Jogja. Hotelnya di jalan malioboro persis, makanya bisa menyempatkan diri untuk foto-foto kayak gini.



Senin, 1 Juli 2019 #Latepost
Ikut dinas ke luar kota lagi setelah 3 tahun lebih nggak pernah ikut lagi
Read More
Published Jumat, Juni 28, 2019 by Hannan Izzaturrofa

(dot)

Waaaaah akhirnya punya waktu agak lama lagi untuk duduk di depan laptop. Jadi kangen menulis nih.. Rasanya jari-jari ini tuh gatel pengen nulisin hal-hal yang udah menumpuk di kepalaaaa
Read More
Published Rabu, Maret 06, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Temporarily Closed

Terima kasih sudah pernah singgah dan berbagi kisah. Izinkan diri pamit dan menutup pintu sejenak.
Read More
Published Sabtu, Februari 02, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Rasanya Senang Sekali

Rasanya senang sekali ketika hari ini mampu memberanikan diri untuk menyiapkan makanan buat Ummi, Abi, Mas Suami dan adik-adik, terus makanannya habis nggak bersisa. Di saat, biasanya adik-adik itu suka ngasih komentar yang nyelekit kalau aku habis masakin sesuatu yang baru pertama kali dipelajarin. Alhamdulillah...

Berarti hasil masakan aku udah mulai membaik lah ya :"
Read More
Published Jumat, Februari 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Masihkah Kita?

"Aku mau, kita menikah."
"Kamu mau nggak nikah sama aku?"

*

Tentang cinta yang berjarak.
Tentang kenyamanan dengan yang lebih dekat.

**

Ini webseriesnya keren bangeeeeeeeeeet! Buatannya Laboratorium Multimedianya Telkom University, nih. Tayang setiap jumat di bulan Februari ini. Benar-benar keren sampai waktu pertama kali keluar trailernya aku sebel sendiri gara-gara harus nunggu semingguan gitu untuk ngelihat episode pertama dan selanjutnya (setelah sebelumnya aku juga nunggu-nunggu video ini dishare sama @smbtelkom). Soalnya, fyi webseries ini tuh merupakan juara 1 lomba webseries yang diadain sama kampus gitu kalo nggak salah.

Yuk, kalian juga harus ikutan nonton ya! Tapi, jangan sampai baper hihi :P

Read More
Published Rabu, Januari 23, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Tumpukan Kata

Tuhan tidak pernah menjanjikan
bahwa langit selalu biru, bunga
selalu mekar, dan mentari selalu
bersinar.

Tapi, ketahuilah bahwa Dia selalu
menciptakan pelangi di setiap badai,
senyum di setiap air mata, berkah di
setiap cobaan, dan jawaban di setiap
doa.

Jangan menyerah. Teruslah berjuang!
Hidup bukanlah suatu tujuan,
melainkan perjalanan untuk menuju
keabadian yang nyata.


Sekelebat lihat tulisan ini di salah satu snapgram milik teman, terus sengaja di post di sini karena agak berhubungan sama beberapa hal. Lupa ini ditulis oleh siapa, tapi kayaknya pernah baca di salah satu buku gitu.
Read More
Published Senin, Januari 21, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Kemarin dan Hari Ini

Kemarin hari minggu, dan rumah ramai sekali. Ada Azizah yang memang setiap minggu pulang dari asramanya, ada Aisyah yang bulan ini sedang kedapatan jadwal pulang dari asramanya, ada Hilmi yang memang sedang menikmati jeda kuliahnya, ada Mas Suami yang memang Alhamdulillahnya selalu (berusaha) ada, juga ada Ummi dan Abi yang sedang pulang dari kota perantauan.

Tapi itu kemarin. Hari ini Azizah dan Aisyah sudah kembali ke asrama. Abi pun juga sudah kembali ke kota perantauan, Jakarta. Hilmi sedang bermain dengan teman-temannya yang baru selesai sidang akhir, sedari pagi. Pun Ummi hari ini sedang ada jadwal mengajar di tiga tempat berbeda. Aku hanya berdua dengan Mas Suami, yang sebentar lagi pun akan pergi bertemu dengan Ami Ridho untuk mengurus sesuatu. Sebentar lagi aku akan sendiri, di rumah, yang sebelumnya tampak ramai dan berisik.

Sebenarnya aku sudah sering sendiri begini, toh juga sudah pernah merasakan hidup di perantauan selama lebih dari 4 tahun. Tapi karena hal ini seperti peralihan dari suasana yang ramai ke suasana yang sepi, rasanya jadi aneh sekali.

Jadi ada sedikit rasa, kangen.

***

Ditulis ba'da ashar, tapi baru dipublikasikan sekarang
Read More
Published Sabtu, Januari 19, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Potato Twister

Masya Allah, serius ini enaaaaaak banget. Jadi ini tuh potato twister alias kentang yang digulung-gulung di tusuk sate gitu dan digoreng kering-renyah-krispi, serta dibumbui beraneka macam pilihan rasa. Home made, alias asli buatan sang kakak ipar. Dan emang enak banget rasanya, soalnya pas dimakan tuh kayak nagih gitu. Pokoknya tiap ke Purbalingga aku pasti beli cemilan ini deh buat jadi temen ngoding. Pilihan rasanya juga ada banyak banget sampai-sampai aku nggak hafal apa aja jenisnya. Tapi yang pasti, ini krispinya awet dan beneran enak banget!

Potato twister ini emang masih dijual offline alias cuma tersedia di Study Center Photocopy sih, cuma dalam beberapa waktu dekat ini lagi mau mengembangkan ke ranah online, alias bisa dikirim-kirim ke luar kota. Doain aja, ya. Jadi kalau nantinya udah ada packaging baru yang lebih oke buat 'mengarungi perkotaan dan perpulauan', kalian harus banget cobain ini. Atau misal mau main-main ke Purbalingga juga boleh, tokonya berada di pertengahan antara desa dan kota kok, jadi pasti kalian suka buat main-main ke situ. Ditunggu ya!

Read More
Published Kamis, Januari 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Musim Hujan

Beberapa minggu belakangan ini, Purwokerto sedang mengalami musim hujan. Dari yang hujannya cuma dimulai dari sore hari hingga selepas Isya, sampai yang seharian penuh hujan terus-menerus. Paling berhenti sesekali atau gerimis, lalu hujan lagi dengan cukup deras. Cucian yang terus menumpuk pun jadi susah keringnya, walau kadang-kadang sebelum hujan dari pagi sampai sorenya matahari bersinar dengan cukup panas. Makanya kalau langit lagi kelihatan cerah, biasanya di depan-depan rumah banyak berjejer tempat jemuran. Dan kalau langit mulai kelihatan mendung, tempat jemuran itu pun langsung dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Soalnya, hujannya biasanya nggak pakai aba-aba, alias langsung deras begitu saja tanpa ada rintik-rintik kecilnya terlebih dahulu. Juga seringnya, disertai angin yang cukup kencang.

Lalu, mungkin karena hujannya disertai petir dan cukup besar, di Purwokerto ini sempat dua-tiga hari mati listrik. Dan itu cukup lama, bisa dari siang ke maghrib, atau dari maghrib ke jam sembilanan. Dan juga, mungkin karena hujannya cukup deras berhari-hari, air yang mengalir ke rumah pun sempat berubah warna menjadi kekuningan. Aku sempat kaget karena tiba-tiba air di bak mandi berubah jadi kotor sekali. Tapi Alhamdulillahnya setelah airnya dibiarkan terus-menerus mengalir dengan cukup lama, akhirnya airnya pun kembali bersih. Kalau kata Ummi, kayaknya ada longsoran tanah atau sejenis yang tercampur ke saluran air yang ada. Meskipun begitu, rupanya air yang sempat menguning itu sedikit berimbas ke Hilmi.

Waktu aku lagi nonton TV bareng Azizah di ruang tengah, Hilmi yang baru bangun tidur selepas Isya pun langsung mengadu. Katanya, badannya jadi bintik-bintik merah karena alergi, dan sedikit gatal. Emang sih, waktu dia bilang gitu aku sempat ngelihat sendiri kalau badannya emang jadi merah-merah. Karena aku mikirnya Hilmi sempat kena air yang menguning itu, jadinya aku pun nyuruh dia pakai bedak bayi yang biasa aku pakai atau caladine yang berbentuk lotion. Awalnya dia pakai bedak bayi biasa. Tapi setelah dua hari tidak juga sembuh, akhirnya dia pun ganti pakai caladine itu. Soalnya, badannya juga sampai bengkak-bengkak gitu setelah dua harian.

Aku sempat cerita kondisi Hilmi ke Ummi. Dan kata Ummi, mungkin seprei di kamar Hilmi juga harus diganti. Pas aku mau bilang gitu ke Hilmi, rupanya dia udah pindah duluan tidurnya ke kamar atas, kamar yang emang lebih sering dibersihin karena itu kamar tidur Ummi dan Abi—sebenarnya kamar Azizah dan Ais, tapi jadi dipakai sama Ummi dan Abi karena kamarnya mereka sekarang dipakai aku dan Mas Suami, hehehe. Dan kebetulan, sewaktu minggu kemarin Abi dan Ummi nggak pulang, jadinya kamar atas sudah sempat dibereskan karena habis dipakai tidur oleh aku dan Azizah yang saat itu sedang minggu penjemputan. Ya udah, karena Hilmi pun udah pindah ke atas, jadinya seprei di kamar itu pun ditunda digantinya. Soalnya, cucian kotor pun udah menumpuk di belakang. Tapi karena sempat ditunda, terus jadi kelupaan deh sampai sekarang. Lah, iya lupa...

Meskipun begitu, badan Hilmi Alhamdulillahnya sekarang udah nggak bintik-bintik merah dan gatal-gatal lagi. Aku juga udah suruh dia banyak-banyak minum air putih meskipun agak susah juga ya ngebilanginnya. Terus, aku juga udah ngelarang dia buat kebanyakan makan mie kalau tengah malam. Ya emang sih, Hilmi ini meskipun sudah sempat makan malam dengan porsi yang banyak, biasanya tengah malam gitu dia bakal kelaparan lagi dan langsung masak mie. Kalau aku lagi nginep di Purbalingga dan dia sendirian di rumah pun, seringnya dia malah masak mie, bukan beli makan di luar. Mungkin karena malas dan hujan kali ya, jadi dia malas untuk keluar meski punya mantel. Mau gofood pun, katanya dia kasihan sama driver-nya. Dan telor ataupun nugget yang biasa aku sediain di kulkas biasanya nggak begitu sering kesentuh, kalah sama popularitas si mie instan itu.

Lanjut ke masalah hujan tadi. Dan seperti di hari-hari sebelumnya, meski kemarin seharian penuh hujan terus-menerus mengguyur Purwokerto, dan tadi pagi sempat panas sekali cuacanya, ternyata siangnya kembali hujan angin dengan sangat derasnya... Allahumma shoyyiban naafi'an.
Hujan yang turun siang ini, dibarengi dengan langit yang tampak sangat cerah.
***

Foto di atas diambil saat hujannya sudah mulai mereda. Dan saat tulisan ini dipublikasikan, hujannya sudah tiga kali lipat lebih besar dari sebelumnya,
Read More
Published Kamis, Januari 17, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Darurat Sampah

"Mulai hari ini kalau buang sampah harus dipisah ya, berdasarkan jenisnya."
"Emangnya kenapa, Mi?"
"Banyumas lagi darurat sampah."

***

Pantas saja, beberapa hari ini tempat sampah di depan rumah tidak pernah kosong alias nggak ada petugas yang ngambil-ngambil lagi kayak biasa. Paling ada beberapa bapak-bapak aja yang sesekali ngambil, tapi itu buat ngambilin sampah-sampah kayak botol-botol bekas, kardus, dan sejenisnya. Karena lama tidak diambil, sampah bekas makanan pun jadi membusuk di depan rumah dan bikin tempat sampahnya banyak dihinggapi lalat. Pokoknya kalau buka gerbang tuh langsung kecium bau yang nggak enak.

Terus aku jadi mikir, ini Banyumas lagi darurat sampah karena tempat sampahnya yang udah penuh, atau kenapa? Kalau udah penuh, berarti masyarakat Banyumas "rajin" banget dong dalam menghasilkan sampah? Kayak, Banyumas tuh udah kebanyakan sampah. Tapi sewaktu iseng nyari-nyari info tentang itu, ternyata aku baru tahu kalau nggak cuma di Banyumas aja yang lagi darurat sampah. Berarti, Indonesia memang lagi darurat sampah!

Dan agak susah juga sih menerapkan sistem memilah sampah di rumah. Apalagi buat adik-adik aku yang kebiasaan buang sampahnya tuh asal masukin ke tempat sampahnya aja. Jadi kadang-kadang aku sama Ummi itu harus mindah-mindahin sampahnya ke tempatnya masing-masing *meski lebih sering Ummi sih yang mindahin, hehe. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Alhamdulillah di rumah jadi lebih terbiasa dengan sistem memilah sampah itu. Ya, sesekali cheating juga sih kalau nggak ada Ummi, hehehe.

Lalu karena masih penasaran kenapa Banyumas ini bisa darurat sampah, akhirnya aku coba searching gitu di google soal masalah ini. Rupanya... Darurat sampah ini terjadi karena adanya penutupan salah satu TPA di Kalibagor. Katanya, TPA tersebut bikin air di sekitar daerah situ jadi tercemari, dan juga menimbulkan bau yang kurang enak karena udah kebanyakan sampah yang dikumpulin di situ. Apalagi, salah satu sumur yang menjadi sumber air di daerah situ jadi nggak bisa dipake lagi karena berbau, juga karena warga jadi gagal panen. Dan karena masalah ini, sampah jadi menumpuk di sekitar perumahan dan juga sampai GOR loh. Soalnya kan TPS juga nggak mungkin nampung semua sampah-sampah yang ada. Sehingga, tentu saja ini malah menimbulkan masalah baru di Banyumas.

Iya, sekarang sampah jadi menumpuk dimana-mana. Apalagi karena sekarang di Banyumas ini lagi musim hujan, yang bisa seharian penuh itu hujan turun terus nggak berhenti-berhenti. Dan kata Ummi, sekarang lagi musimnya nyamuk demam berdarah. Makanya Ummi ngewanti-wanti banget soal ini, dan bikin segala macam peraturan untuk pencegahan. Tapi sekarang katanya sih TPAnya udah dibuka lagi, cuma dibatasin gitu sama warga di sekitar sana. Kalau yang aku baca sih, dari 40 truk sampah yang ada, warga sana cuma ngebolehin 15 truk sampah aja yang boleh membuang sampah ke TPA itu. Bayangin, sisa 25 truk sampah yang penuh itu mau ngebuang sampahnya kemana lagi coba? Dan juga, kok bisa ya sehari ada 40 truk sampah di Banyumas? 40 loh, kan truknya pada gede-gede. Berarti sehari banyak juga ya sampah yang dihasilin sama masyarakat di Banyumas ini? Subhanallah..

Dan yaudah, meski sudah dibuka kembali dan sedikit membantu mengurangi sampah di pemukiman warga, Banyumas tetap darurat sampah. Kemarin aku juga sempat lihat story teman yang lagi 'berkreasi' dengan botol-botol dan kardus bekas dengan caption: Banyumas Darurat Sampah. Ummi juga, jadi ngirim sampah-sampah yang bisa didaur ulang ke rumah salah satu temannya yang memang mengolah sampah-sampah itu. Katanya, mau dijadiin pupuk kompos. Ya, semoga saja hal ini bisa membuat Banyumas jadi semakin membaik ya. Begitu juga dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Dan semoga, penghasilan sampah di Indonesia ini bisa menurun seiring dengan bertambahnya masyarakat kreatif yang bisa mendaur ulang sampah-sampah itu. Aamiin.
Read More
Published Senin, Januari 14, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Bingung #2

Akhir-akhir ini aku melihat beberapa tulisan teman yang seperti ingin ditulis tapi tidak mau diungkapkan, tapi rasanya kalau tidak ditulis pun jadi ada yang kurang. Jadinya, ya gitu. Antara ada dan tiada, dan seperti saling berbalas. Aku jadi bingung sendiri melihat listnya.

*

Akhir-akhir ini bolak-balik buka blog karena ingin menulis sesuatu. Tapi pas udah mau nulis, eeeh tiba-tiba muncul chat yang 'emergency'. Jadinya, nggak jadi-jadi deh nulisnya.
Read More
Published Rabu, Januari 09, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Banyak yang Ingin Dilakukan

Akhir-akhir ini, ada banyak hal yang ingin aku lakukan.

Yang pertama soal ingin kembali menulis. Sewaktu lagi iseng buka-buka folder lama, eh malah nemu kumpulan cerpen dan novel yang belum terselesaikan. Terus menyempatkan diri untuk membaca beberapa, dan seketika perasaan ingin kembali menulis seperti dulu itu datang. Kayak ada rasa pengen bikin tulisan yang bukan soal galau-galau dan cinta-cintaan kayak beberapa tahun ke belakang *hehe. Dan akhirnya pas cari-cari info lomba, eh ketemu yang pas. Yaudah, akhirnya dikirim dan Alhamdulillahnya lolos.

Tapi baru selesai satu tulisan, tiba-tiba aku jadi tertarik sama dunia koding-mengoding lagi. Bukan tertarik juga sih, tapi lebih tepatnya jadi pengen nyoba ngoding dari awal lagi karena merasa udah lama banget nggak ngebukain baris-baris kodingan itu. Apalagi sekarang kan di rumah udah ada temen ngodingnya, jadi kalaupun dikasih tugas sama Abi ngerjainnya nggak malas-malasan kayak dulu lagi dan lumayan cepat selesainya—dibandingkan dengan waktu itu yang satu halaman saja bisa sampai berhari-hari karena saking malasnya. Tapi ya itu, karena terlalu asik ngoding jadinya keinginan untuk kembali menulis seperti dulu itu pun hanya jadi keinginan belaka. Bahkan buat nulis di blog yang bahasanya gini-gini aja pun jadi kayak nggak sempet. Karena malah jadi sibuk mempelajari kembali hal-hal yang berhubungan dengan barisan kode itu, yang sepertinya sudah mulai terhapus dari ingatan *halah.

Lalu setelah itu, beberapa hari setelahnya, aku nggak sengaja melihat Mas Suami lagi ngedit-ngedit video di sela-sela jam kerjanya. Awalnya cuma suka ngeliatin sambil mengomentari sedikit, eh lama-lama malah jadi pengen ikutan ngedit video juga. Dan jadi keingetan sama keinginan yang udah lama banget nggak pernah terlintas lagi di kepala, walau bukan soal video sih. Tapi ada mirip-miripnya gitu. Akhirnya dengan berbekal keinginan untuk bisa membuat sebuah video yang bagus, aku pun jadi mulai belajar ngedit video. Inginnya sih belajar biar jadi professional, makanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar pun jadi lumayan lama. Dan ya kayak sebelumnya, walau nggak sampai benar-benar ditinggalkan kayak soal tulis-menulis itu, tapi jam terbangku di dunia perkodingan pun perlahan jadi semakin berkurang.

Terus sewaktu lagi main ke rumah Ummi pas liburan sekolah kemarin, tiba-tiba Ais bilang kalau Ummi habis beli buku baru. Pas aku lihat, ternyata itu buku karya salah satu penulis favoritku. Jadinya ya... gitu. Kalau pekerjaan rumah sudah beres, aku biasanya nerusin tugas dari Abi yang sekarang setiap hari selalu ada aja tambahannya. Terus kalau tugas dari Abi udah selesai, biasanya aku bakal mulai ngedit-ngedit video. Tapi ya gitu,pas lagi ngedit-ngedit gitu kadang-kadang aku juga jadi pengen baca buku yang baru dibeli Ummi karena penasaran sama akhir ceritanya. Tapi juga kadang rasa penasaran itu muncul barengan sama rasa penasaran soal pengen cepat-cepat nyelesein video yang lagi aku edit. Terus juga, ada satu bahasa pemrograman yang lagi pengen aku pelajarin lagi buat jaga-jaga siapa tahu bisa ngebantuin Mas Suami kalau lagi ada kerjaan tambahan, jadinya kadang-kadang kepotong sama kegiatan 'googling-googling' dan tulis-tulis kodingan.

Tapi, karena terlalu banyak yang ingin dilakukan, jadinya keinginan-keinginan itu sampai sekarang belum ada satupun yang benar-benar terselesaikan atau benar-benar jadi sebuah rutinitas. Padahal, semua keinginan itu bukan cuma sekadar 'keinginan-keinginan' gitu, karena ada maksud dan tujuannya dari masing-masing keinginan itu... Atau memang kali ini akunya saja yang serakah ya? Astaghfirullah...
Read More
Published Selasa, Januari 08, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Alhamdulillah, akhirnya...

Setelah sekian lama cuti menulis, akhirnya bulan Oktober tahun kemarin aku memberanikan diri untuk menulis lagi. Tulisannya masih sederhana sih, karena hanya menceritakan tentang rentetan mimpi dan cita-citaku selama ini. Tapi Alhamdulillahnya, tulisan itu mampu masuk ke 50 besar dari 1272 tulisan yang adaketika setelahnya aku iseng-iseng mnegikutsertakan tulisan itu ke dalam sebuah lomba.

Aku bersyukur, meski tulisan itu baru bisa ikut masuk ke dalam sebuah antologi yang diterbitkan secara indie, setidaknya akhirnya aku bisa kembali menulis seperti dulu-dulu. Ya, semoga saja ini merupakan awal yang baik, atau mungkin sebuah batu loncatan, agar kelak bisa menghasilkan sesuatu yang 'lebih' daripada ini. 
Habisnya, aku sudah rindu mengumpulkan antologi lagi, sih. :)


Semoga Allah meridhoi, Aamiin.
Read More
Published Selasa, Januari 01, 2019 by Hannan Izzaturrofa

Pengaruh Buruk

Rupanya sewaktu kembali mengecek keadaan twitter dan membaca beberapa postingan yang direpost atau dituliskan oleh teman-teman, aku tiba-tiba malah jadi ngerasa kayak apa yang ditampilkan seperti sudah tidak sehat lagi. Terlalu banyak masalah, pendapat, dan ujaran kebencian yang tidak masuk akal. Isinya kebanyakan soal saling adu argumen yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Makin banyak jawaban yang sepertinya juga bisa menyesatkan. Hm, mungkin karena sudah mau (memasuki) tahun 2019 kali, ya?

Ya sudah lah. Sepertinya uninstall twitter adalah yang terbaik. Soalnya aku jadi takut suudzon dan jadi terbawa suasana gitu.
Read More