Published Jumat, Juli 20, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Obrolan Panjang dan Segelas Kopi Susu

Aku jarang sekali mau mengiyakan kalau diajak kumpul-kumpul yang hanya sekedar mengobrol sambil meminum segelas kopi. Entah itu bersama dengan teman-teman lama ataupun teman yang baru beberapa saat dikenal. Aku yang memang jarang sekali mengobrol dengan orang lain dan juga tidak suka―lebih tepatnya tidak bisa―meminum kopi pun selalu memberikan berbagai macam alasan yang bisa mendukung penolakan ajakan itu. Bahkan saking seringnya aku menolak, sampai-sampai seorang temanku pernah sengaja membelikan aku segelas es teh susu hanya untuk agar aku mau diajak kumpul sejenak di sebuah warung kopi, yang mau nggak mau pun aku harus beranjak ke warung itu karena ada rasa tidak enaknya karena sudah dibelikan minuman yang harganya tidak begitu murah.

Agak sedikit kesal sih karena sampai dipaksa begitu. Apalagi karena aku juga tidak begitu suka duduk-duduk terlalu lama dengan orang yang belum begitu dekat denganku. Rasanya sedikit canggung dan bingung mau bersikap seperti apa. Makanya seringnya aku selalu memainkan ponselku meskipun hanya untuk membuka-tutup aplikasi chat atau sosial media yang sebenarnya tidak ada hal-hal yang bisa dilakukan di situ, yang memang hanya dilakukan untuk menghindari adanya kecanggungan yang mungkin timbul.

***

Tapi, entah mengapa hari ini ada yang berbeda denganku. Ya, entah mengapa hari ini aku mau-mau saja ketika diajak ngobrol-ngobrol dengan seorang temanku, yang notabenenya tidak begitu dekat denganku, di salah satu warung kopi yang letaknya tidak jauh dari kantor.

Aku tidak akan menjelaskan bagaimana detailnya, tetapi hari ini entah mengapa rasanya aku ingin bercerita banyak. Terkadang kita memang butuh seseorang untuk mendengarkan ya, makanya malam tadi yang biasanya aku hanya menjadi pendengar curhatan-curhatan orang lain, kali ini aku justru yang banyak bercerita. Dari soal unek-unek yang dirasakan selama ini sampai hal-hal yang terasa membahagiakan. Rasanya agak sedikit lega setelah selesai bercerita seperti itu, meskipun aku agak sedikit takut kalau-kalau malah terkesan seperti sedang mengeluh. Tapi entah mengapa, setelahnya aku seperti habis membuang kepenatan yang selama ini memenuhi kepala dan sedikit menyesakkan dada. Padahal, lawan bicaraku sebenarnya bukan orang yang begitu dekat denganku.

Aku jadi ingat soal perkataan salah seorang temanku yang bilang kalau seharusnya aku tidak boleh mudah bercerita hal-hal yang sifatnya pribadi ke orang lain. Katanya, biar orang tahu aku dari apa yang mereka lihat saja, tidak perlu sampai sedetail-detailnya. Kecuali kalau orang itu memang sudah dekat denganku, begitu tambahnya. Tapi ya begitulah, malam tadi entah kenapa rasanya hal itu jadi seperti terulang kembali dan aku memang tidak bisa menahan untuk tidak bercerita kepada lawan bicaraku itu. Bahkan saking semangatnya bercerita, aku sampai memesan segelas kopi susu dan pulang sedikit agak malam dari biasanya. Bukan karena memang ingin pulang malam, tetapi karena memang saat bercerita begitu waktu benar-benar terasa berputar lebih cepat dari biasanya karena terlalu asyik mengobrol tentang banyak hal.

Dan tentu saja akan selalu ada akibat di setiap sebab yang kita buat. Karena memaksakan diri untuk meminum kopi dan pulang sedikit larut malam, aku jadi tidak kebagian tempat parkir dan harus menggeser-geserkan sendiri motor-motor besar yang terparkir di halaman kosan itu, sekaligus jadi tidak bisa tidur sampai jam segini. Duh...