Published Senin, Juli 09, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Kado Ulang Tahun

Kalau tidak salah, waktu itu adalah hari Senin. Dan saya sedang beberes kamar yang sudah kurang-lebih dua minggu lamanya ditinggal mudik.

Seharusnya hari itu saya masuk kantor, tetapi rupanya hujan turun dengan derasnya sejak pagi sampai sore hari tanpa jeda. Allahumma shayyiban naafi'aan. Karena hal itulah akhirnya saya pun memutuskan untuk remote kerjaan saja dari kamar kosan setelah menunggu dua-tiga jam sambil menghubungi beberapa teman kantor, meskipun sebenarnya saya sudah bersiap-siap untuk berangkat dan sudah mengenakan pakaian yang rapih. Awalnya saya membuka laptop, mengedit-edit beberapa baris kodingan sambil mengecek beberapa fitur yang kemarin-kemarin telah saya kerjakan. Alhamdulillah belum ada masalah. Sedikit bingung karena tidak tahu mau diapakan lagi barisan-barisan itu, akhirnya beberapa saat kemudian saya kembali menghubungi seorang teman untuk bertanya satu-dua hal, tapi dijawab kalau ternyata dari kantor belum ada task atau permintaan apa-apa. Dan karena dijawab begitu, maka kegiatan mengutak-atik kodingan itu pun hanya bertahan kurang dari setengah jam.

Agak aneh sebenarnya, karena saya sedang (berusaha) membiasakan diri untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan to do list yang telah saya buat sebelumnya. Namun karena ketidakjadian saya berangkat ke kantor dan ketidakadaan task hari itu membuat saya berpikir untuk mencari kegiatan lain―menghindari berlama-lama membuka sosmed atau menonton video apapun itu untuk mengisi waktu luang. Tapi namanya manusia, namanya seorang Hannan, tentu saja ada sedikit tergoda-tergodanya. Iya, beberapa kali sempat terbersit keinginan untuk membuka beberapa situs, terutama soal episode detective conan yang sudah dijadwalkan hanya bisa ditonton di akhir pekan. Namun Alhamdulillah, tiba-tiba ditengah kebingungan itu perhatian saya terpusatkan pada sebuah kontainer berbahan plastik yang terletak tepat di bawah jendela kamar. Pikiran saya pun akhirnya teralihkan.

Diawal-awal itu sebenarnya saya berpikirnya ingin mulai membereskan barang-barang, seperti memasukkan kembali buku-buku yang terpajang di atas lemari ke dalam kontainer yang setelahnya dilanjutkan dengan memasukkan pakaian-pakaian yang sekiranya sudah jarang digunakan ke dalam koper. Tapi setelah melihat-lihat isinya sebentar, rupanya saya menemukan sekotak kado ulang tahun yang saya lupa itu diberikan di tahun keberapa, tapi hal itu sukses membuat saya memilih untuk bernostalgia sejenak.
Sebuah kotak kado ulang tahun yang dibentuk sendiri menggunakan kardus dan kertas kado seukuran buku catatan begitu. Dan melihat kotak kado di atas saya jadi senyum-senyum sendiri. Keingat masa-masa sewaktu teman-teman saya memberikan hadiah ini, karena kado ini juga sebenarnya adalah hasil dari kreatifitas hampir semua teman kelas saya (iya hampir, nggak semua, soalnya beberapa belum sempat memberikan kertas pesan-kesannya, katanya gara-gara sayanya udah keburu ulang tahun). Tapi yang tidak sempat itu tetap mengirimi saya doa dan menyisipkan satu-dua foto di dalamnya.

Dan agak lucu sih sewaktu membaca pesan dan kesan yang ditulis dengan tulisan tangan teman-teman saya itu. Meskipun beberapa diantaranya agak sedikit susah untuk dibacanya, tetapi saya paham inti dari apa yang mereka ingin sampaikan. Apalagi tulisan dari teman-teman terdekat saya yang isinya bernada menyindir-nyindir lucu begitu. Pokoknya hari itu saya benar-benar menjadi kangen sama teman-teman sekelas saya semasa di kampus, dicampur dengan rasa agak sedikit terharu dan ada sedih-sedihnya yang lumayan banyak. Rasanya seperti udah lama banget nggak ketemu sama mereka-mereka itu, dan kayak hal-hal yang begitu tuh kayaknya udah nggak akan bisa terulang lagi. Udah pada lulus, sebagian sudah bekerja dan melanjutkan kuliah di tempat yang berbeda-beda, yang tentunya masing-masing individu memiliki kesibukannya sendiri-sendiri dan memiliki prioritas yang berbeda-beda. Makanya kami-kami ini pun jadi semakin susah untuk mengatur waktu ketemunya.
 
Tapi diantara semua foto dan tulisan dari teman-teman saya itu, saya agaknya lebih tertarik sama puisi yang dituliskan oleh salah seorang teman saya. Dan fyi, teman saya ini sebenarnya laki-laki, tetapi soal puisi-puisi begitu dia justru paling jago menurut saya. Bahkan sewaktu kuliah, disaat teman-teman yang lain itu mengisi kebosanan dengan menyoret-nyoret buku dengan gambar-gambar yang sepintas lewat di pikiran, teman saya ini justru memenuhi beberapa halaman terakhir buku catatannya dengan puisi-puisi. Dan bagi saya laki-laki yang membuat puisi itu keren, makanya dulu saya sempat agak sedikit me-ngepo-in blog dia yang isinya itu cuma kumpulan-kumpulan puisi buatan dia. Soalnya saya itu paling suka puisi, tapi nggak pernah bisa bikinnya. Makanya pas tahu teman saya ini jago bikin puisi, saya langsung jadi tertarik sama kepribadian dia. Tapi tentu dengan batasan-batasan yang sewajarnya.

Apalagi dia ini juga sering berkunjung ke beberapa rumah baca yang ada di Bandung. Katanya sih, mencari inspirasi untuk menulis gitu. Pernah beberapa kali mengajak saya dan seorang teman yang lain ke salah satu rumah baca, tapi sayanya suka susah ketemu waktunya. Dan sewaktu akhirnya dia membiarkan saya ke sana sendirian dengan hanya membekali saya alamat tempatnya yang ada di aplikasi maps, sayanya malah jadi kesasar-sasar dan tidak jadi ke sana. Bahkan sampai hari ini pun saya belum kembali menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat itu. Ah, mungkin kalau masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke Bandung lagi, tempat itu bakal saya jadikan list teratas dari deretan tempat-tempat yang akan saya kunjungi. Insya Allah. Soalnya kata teman saya itu, tempatnya memang menarik dan cozy gitu. Dan saya juga pernah lihat foto-fotonya di hp teman saya itu sih, dan memang terlihat menarik. Semoga saja masih ada kesempatan, ya. Sekalian untuk melepas rindu, huhu.

Dan inti dari postingan ini selain karena ingin bernostalgia, tujuan sebenarnya buat saya itu lebih ke arah bersyukur, sih. Bersyukur karena rupanya saya memiliki teman-teman yang peduli dan perhatian dengan saya, sampai mau repot-repot membuat hadiah ulang tahun sampai sebegininya. Sekaligus bersyukur karena masih diberikan ingatan dan kesempatan untuk bernostalgia, mengingat kembali hal-hal yang sekiranya berkesan dan bikin kangen. Alhamdulillah, terima kasih Yaa Allah :"



Selasa, 26 Juni 2018
Banyak-banyak bersyukur ya, Nan.