Published Jumat, Juli 20, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Dia dan Mereka

Ada yang baru dari suasana kantor di akhir-akhir minggu ini.

Yang biasanya aku selalu menjadi perempuan sendiri di divisiku, kini aku sudah memiliki dua orang teman yang bisa diajak berbincang-bincang di luar soal pekerjaan. Yang satunya memang tidak begitu banyak berinteraksi denganku karena memang jabatannya yang cukup tinggi di kantor membuatnya sering terlihat sibuk dan mondar-mandir ke sana kemari. Tetapi, ia tidak pernah absen untuk menyapa dan memberikan senyuman hangatnya kepadaku di setiap kedua pandangan kami dengan tidak sengaja bertemu. Dan yang satunya lagi, adalah teman yang selama lima hari belakangan ini selalu bersamaku di setiap kegiatan kantor.

Awalnya meja kerja kami―aku dan teman lima hariku―terpisah sangat jauh, sampai-sampai aku baru berkenalan dengannya di hari kedua ia masuk kerja karena saking tidak pernah adanya interaksi yang mungkin terjadi di antara kami berdua saat itu. Dan tentunya beberapa orang yang sudah mengenalku tahu pasti, kalau aku itu paling tidak bisa berinteraksi dengan orang yang baru. Aku pasti jadi posisi yang lebih banyak diamnya dan lebih banyak ikutannya daripada jadi orang yang memimpin arah pembicaraan. Namun, entah mengapa, ada hal yang berbeda dari gadis yang kini duduknya tepat di depan meja kerjaku saat ini.

Gadis itu usianya lebih muda dariku, sekitar dua tahun lebih muda dan baru akan wisuda di bulan agustus besok. Gadis yang rambutnya selalu dikucir ke belakang dengan kacamatanya yang ukurannya hampir memenuhi setengah wajahnya yang cukup kecil, yang memiliki banyak hal-hal yang cukup unik di dalam dirinya. Mulai dari sifat dan sikapnya yang sangat ekspresif dan selalu memberikan reaksi yang tidak terlihat seperti dibuat-buat, sampai dengan gaya bicaranya yang benar-benar seperti anak kecil, yang sekali lagi benar-benar tidak terlihat seperti dibuat-buat dan malah terkesan lucu. Bahkan ketika berbicara dengannya, aku yang biasanya selama ini selalu (berusaha) menjadi pendengar yang baik pun merasa sedikit senang karena kali ini bisa merasakan bercerita yang direspon dengan baik oleh lawan bicaraku.

Bahkan ada beberapa hal dari diri kami yang tanpa disengaja ternyata begitu mirip. Dari soal tidak suka makan di smoking area dan lebih suka sholat di masjid, sampai soal kesukaan akan dunia kpop dan kdrama, dan hal-hal yang mendekati soal keperibadian dan sifat-sifat yang lainnya. Dan berbicara dengan dia itu seperti sedang berbicara dengan adik sendiri karena cara bicara dan gerak-geriknya yang sedikit manja dan kekanak-kanakan. Bahkan karena wajahnya terlihat imut dan aku akui memang dia ini cantik, ia pun jadi sering digangguin oleh teman-teman di divisi IT yang lain yang memang isinya laki-laki, yang kalau sedang digangguin begitu tuh dia selalu menghampiriku dan seperti meminta perlindungan begitu. Pokoknya dia itu benar-benar manja dan benar-benar terasa seperti adikku sendiri, yang padahal kami ini baru menjadi rekan kerja lima hari belakangan ini.

Iya, jadi gadis itu sempurna membuatku berubah dalam hal soal interaksi dengan orang baru. Selama lima hari kebelakang, aku justru jadi sering kemana-mana dengan gadis itu. Mulai dari makan siang, sholat di masjid, rapat, sampai soal janjian pulang kerja. Rasanya banyak hal yang membuatku lebih banyak bercerita daripada mendengarkan. Dan dia ini juga selalu membuntutiku. Pokoknya setiap misalkan mau rapat atau kumpul apa, dia selalu meminta untuk duduk di sebelahku dan tidak mau jauh-jauh dariku. Bahkan ketika ia tahu soal banyaknya orang yang resign di bulan-bulan sebelumnya, ia sampai menunjukkan wajahnya yang sedikit memelas dan memohon kepadaku agar aku juga tidak ikutan resign di bulan-bulan berikutnya. Duh...

Dan tidak hanya soal tentang gadis itu yang berbeda, tetapi juga soal anak-anak divisi IT yang baru dua-tiga minggu ini masuk ke kantor. Iya, jadi ada sekitar empat orang yang baru bergabung di tempat kerjaku yang sekarang. Sepertinya usia mereka juga tidak begitu jauh dariku, atau bahkan mungkin sebenarnya lebih tua satu-dua tahun dariku. Tapi entah mengapa, mereka ini sifatnya justru terlihat seperti dua-tiga tahun lebih muda dariku. Dan dua dari empat orang itu rupanya suka dengan jkt48 sampai-sampai mengajakku untuk menonton konsernya di akhir bulan ini (wkwk). Tapi cocok sih, soalnya gadis yang aku ceritakan di paragraf-paragraf sebelumnya juga suka dengan group ini dan sepertinya benar-benar hafal soal member-member yang masih aktif dan sudah graduation, yang ketika mereka membahas hal-hal ini tuh aku jadi cuma bisa senyum-senyum saja karena bingung mau merespon apa. Soalnya aku ini sama sekali tidak paham, tapi selalu diajak ikutan berbincang-bincang soal hal itu, dan aku juga tidak pernah bisa untuk tidak ikutan merespon ketika diajak ngobrol seperti itu.

Keempat orang ini juga memiliki sifat uniknya masing-masing. Dari yang sukanya ngejayus tapi entah mengapa bagiku terdengar selalu lucu (di setiap kejayusannya hanya aku dan gadis itu yang tertawa, sedangkan yang lainnya justru bingung dan malah mengejeknya karena tidak lucu), lalu yang sangat menyukai anime sampai tahu betul anime apa yang sedang hits dan bagus saat itu, terus yang berbicara kepadaku itu selalu terdengar sopan dan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, alias baku banget wkwk; sampai yang sukanya menambahkan kata 'tong' di setiap akhir kalimatnya (yang ini aku nggak ngerti esensinya untuk apa, haha). Pokoknya mereka-mereka ini benar-benar membuat hari-hari yang biasanya cuma diisi sama orang-orang yang selalu fokus dan sibuk dengan urusannya masing-masing ketika sedang ngoding menjadi lebih berwarna dan ramai karena mereka ini benar-benar tidak pernah bisa diam ketika bekerja, alias ngomong terus nggak berhenti-berhenti.

Dan tentu saja, dia dan mereka ini, membuat hari-hariku menjadi semakin terasa lebih berat. Tapi bukan soal berat untuk menjalaninya, melainkan soal berat untuk melepaskannya. Rasanya nggak sanggup kalau harus resign dekat-dekat ini. Dan seperti status yang ditulis oleh seorang temanku yang juga kemarin-kemarin mau resign tapi tidak jadi, "I really can't move. Good place, good people, good..." Lupa apa statusnya, udah dihapus hehehe. Intinya emang benar-benar kerasa kayak nggak mau pindah dan nggak mau berpisah. Rasanya aku sudah cukup nyaman berada di lingkungan ini, meskipun dulu-dulu kayak pengen banget pindah dan pisah.

Kenapa ya, pas ada momen yang tepat untuk resign, malah suasananya berubah 180 derajat. Kan, jadi sedih... :"