Published Jumat, April 20, 2018 by Hannan Izzaturrofa

Brankas Rindu: Prolog


Hari sudah malam. Sudah jam sepuluh lebih seperempat, tetapi aku belum mengantuk. Rasanya novel yang sedang aku baca ini sangat mencandu. Tapi meskipun begitu, aku memilih untuk mengistirahatkan mataku sejenak, sembari menuliskan beberapa kalimat yang tiba-tiba saja melintas di pikiranku.

Ya, tiba-tiba aku merindu. Entah rindu atau hanya ingin bernostalgia, tiba-tiba saja aku teringat akan kisah-kisahku yang dulu. Kisah semasa kecil; saat harus berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya; ketika harus bersusah payah hanya untuk dapat memiliki teman; dan lain sebagainya. Rasanya aku ingin kembali mengingat kisah-kisah sederhana itu dan menuliskannya di sini, agar suatu saat nanti aku bisa kembali mengingatnya. Bukankah sebagian orang memiliki kemampuan mengingat yang sangat terbatas?

Mungkin kalian yang pernah membaca postingan sebelumnya, pasti tidak akan asing dengan judul yang aku gunakan. Ya, aku memang memutuskan untuk tidak melanjutkan episode 'Brankas Kisah' yang sebelumnya hanya sempat tertulis di bagian prolognya saja. Entahlah, rasanya aku sudah tidak memiliki hasrat lagi untuk menulis tentang kisah cinta yang menye-menye. Dan kalaupun suatu saat nanti aku memutuskan untuk kembali menulis tentang cinta, aku harap kisah tersebut merupakan kisah dari seseorang yang kelak menjadi suamiku. Itupun kalau Allah memberiku kesempatan untuk memiliki jodoh di dunia. Karena kalau aku tidak salah ingat, seseorang pernah berkata padaku bahwa jodoh di dunia sejatinya hanyalah bonus, karena jodoh sebenarnya adalah jodoh kita di akhirat. Wallahu a'lam bishawab...

Dan ya, sepertinya beberapa hari ke depan aku akan menyicil kisah-kisah nostalgia itu. Aku akan mengusahakan untuk menuliskannya di tengah-tengah padatnya kegiatanku; yang Alhamdulilah, sepertinya akhir-akhir ini aku merasa semakin sibuk. Insya Allah. 


Purwokerto, 20 April 2018; 22:26
Doakan aku dapat menepati janjiku;
Aamiin.